Selasa, 13 November 2012

LuVh U cUz ALLAH Ta'aLa


LOVE U cUz ALLAH TA"ALaa
oleh Weydha LuVh LadyGakarian pada 5 Agustus 2012 pukul 23:24 ·
Wahai engkau yg Q Cinta,Bisu Q dlm cinta, diamku, tunduknya pandanganku dan malu Q, Itu adalah bukti cintaku padamu..Q ingin menjga pndanganmu...menjaga kesucian hatimu n hatiku...
بِسْــــــ...ــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِي
♥ Mencintai dLm diam.....
♥ Merajut asa dLm do'a.......
♥ Merangkai asmara tanpa kata.....
krna itu jauh lebih berharga.....
♥ Membingkai setiap hati agr senantiasa terjaga.....
♥ Krna yg demikian begitu mulia dihadapanNYA.....
♥ Maka Dia kan pilihkan yg teristimewa untuk kita......
yg seantiasa menjaga hati......^_~
Engkaulah Melati Terindahku
Melati tak pernah berdusta dengan apa yang ditampilkannya.
Ia tak memiliki warna dibalik warna putihnya.
Ia juga tak pernah menyimpan warna lain untuk berbagai keadaannya, apapun kondisinya, panas, hujan, terik ataupun badai yang datang ia tetap putih. Kemanapun dan dimanapun ditemukan, melati selalu putih.
Putih, bersih, indah berseri di taman yang asri. Pada debu ia tak mara...h, meski jutaan butir menghinggapinya.
Pada angin ia menyapa, berharap sepoinya membawa serta debu-debu itu agar ianya tetap putih berseri. Karenanya, melati ikut bergoyang saat hembusan angin menerpa. Kekanan ia ikut, ke kiri iapun ikut.
Namun ia tetap teguh pada pendiriannya, karena kemanapun ia mengikuti arah angin, ia akan segera kembali pada tangkainya.

Pada hujan ia menangis,agar tak terlihat matanya meneteskan air diantara ribuan air yang menghujani tubuhnya.
Agar siapapun tak pernah melihatnya bersedih, karena saat hujan berhenti menyirami, bersamaan itu pula air dari sudut matanya yang bening itu tak lagi menetes. Sesungguhnya, ia senantiasa berharap hujan kan selalu datang, karena hanya hujan yang mau memahami setiap tetes air matanya.
Bersama hujan ia bisa menangis sekeras-kerasnya, untuk mengadu, saling menumpahkan air mata dan merasakan setiap kegetiran.
Karena juga, hanya hujan yang selama ini berempati terhadap semua rasa dan asanya. Tetapi, pada hujan juga ia mendapati keteduhan, dengan airnya yang sejuk.
_Pada tangkai ia bersandar, agar tetap meneguhkan kedudukannya, memeluk erat setiap sayapnya, memberikan kekuatan dalam menjalani kewajibannya, menserikan alam. Agar kelak, apapun cobaan yang datang, ia dengan sabar dan suka cita merasai, bahkan menikmatinya sebagai bagian dari cinta dan kasih Sang Pencipta. Bukankah tak ada cinta tanpa pengorbanan? Adakah kasih sayang tanpa cobaan?
_Pada dedaunan ia berkaca, semoga tak merubah warna hijaunya.
Karena dengan hijau daun itu, ia tetap sadar sebagai melati harus tetap berwarna putih.
Jika daun itu tak lagi hijau, atau luruh oleh waktu, kepada siapa ia harus meminta koreksi atas cela dan noda yang seringkali membuatnya tak lagi putih?
_Pada bunga lain ia bersahabat.
Bersama bahu membahu menserikan alam, tak ada persaingan, tak ada perlombaan menjadi yang tercantik, karena masing-masing memahami tugas dan peranannya.
Tak pernah melati iri menjadi mawar, dahlia, anggrek atau lili, begitu juga sebaliknya.
Tak terpikir melati berkeinginan menjadi merah, atau kuning, karena ia tahu semua fungsinya sebagai putih.
_Pada matahari ia memohon, tetap berkunjung di setiap pagi mencurahkan sinarnya yang menghangatkan.
Agar hangatnya membaluri setiap sel tubuh yang telah beku oleh pekatnya malam. Sinarnya yang menceriakan, bias hangatnya yang memecah kebekuan, seolah membuat melati merekah dan segar di setiap pagi.
Terpaan sinar mentari, memantulkan cahaya kehidupan yang penuh gairah, pertanda melati siap mengarungi hidup, setidaknya untuk satu hari ini hingga menunggu mentari esok kembali bertandang.
_Pada alam ia berbagi, menebar aroma semerbak mewangi nan menyejukkan setiap jiwa yang bersamanya. Indah menghiasharumi semua taman yang disinggahinya, melati tak pernah terlupakan untuk disertakan. Atas nama cinta dan keridhoan Pemiliknya, ia senantiasa berharap tumbuhnya tunas-tunas melati baru, agar kelak meneruskan perannya sebagai bunga yang putih. Yang tetap berseri disemua suasana alam.
_Dan pada akhirnya, pada Sang Pemilik Alam ia meminta, agar dibimbing dan dilindungi selama ia diberikan kesempatan untuk melakoni setiap perannya. Agar dalam berperan menjadi putih, tetap diteguhkan pada warna aslinya, tidak membiarkan apapun merubah warnanya hingga masanya mempertanggungjawabkan semua waktu, peran, tugas dan tanggungjawabnya.
Jika pada masanya ia harus jatuh, luruh ke tanah, ia tetap sebagai melati, seputih melati. Dan orang memandangnya juga seperti melati.
_Dan kepada melatiku, tetaplah menjadi melati di tamanku. Karena, aku akan menjadi angin, menjadi hujan, menjadi tangkai, menjadi matahari, menjadi daun dan alam semesta.
Tetapi takkan pernah menjadi debu atau unggas yang hanya akan merusak keindahannya, lalu meninggalkan melati begitu saja.
hamba

(¯`v´¯) Wahai Calon Imamku. . .
Cukuplah kau mencintai ALLOH dgn sepenuh hatimu....
Krna dengan mencintai ALLOH......
Kau akn mencintaiku kerana-Nya....
Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa....
Moga cinta itu juga akn mempertemukan kita kembali di syurga....:)
_Wahai engkau yg Q Cinta.....
_Ketahuilah.......
_Bisu Q dalam cinta, diamku,
_tunduknya pandanganku dan malu Q,
_Itu adalah bukti cintaku padamu
_Bukti cinta Q ingin menjga pndanganmu
_menjaga kesucian hatimu n hatiku
_Andai kita tak mampu bersama di dunia,
_maka aku akan menunggumu di Surga

_Ya Rabb....titip RindU Q untuk dia.....ya
LoVe U cOZ ALLOH Ta'ala
¸By: HAMBA

ASKEP REAKSI ANAPILAKSIS


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.      KONSEP DASAR TEORI
1.1.   Definisi
Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi. Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. (Cicilia Bangeud, 2012)
Syok anafilaktik merupakan suatu resiko pemberian obat, baik melalui suntikan ataupun dengan cara lain. Reaksi dapat berkembang menjadi suatu kegawatan berupa syok, gagal napas, henti jantung, dan kematian mendadak. (Alirifan, 2007)
Syok anafilaksis merupakan  jenis syok distributif adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas segera. Ini adalah peristiwa hidup yang mengancam yang memerlukan intervensi secepatnya. Respon antibodi antigen yang parah menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi respon syok umum. (Critical care nursing, 2007)
            Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai olehImmunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I) yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat.

1.2.   Etiologi
Syok anafilaktik disebabkan oleh respon antigen antibodi. Hampir semua zat apapun dapat menyebabkan reaksi hypersensivitas. Zat ini, dikenal sebagai antigen, dapat diperkenalkan dengan injeksi atau konsumsi atau melalui kulit atau saluran pernapasan. Sejumlah antigen telah diidentifikasi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami rekasi hipersensitivitas.
Banyak bahan yang dapat menimbulkan reaksi anafilaksis dan bahan-bahan tersebut terutama masuk ke dalam tubuh melalui parenteral, walaupun ada pula bahan-bahan yang masuk melalui enteral yang dapat menimbulkan reaksi anafilaksis. (Alirifan, 2011)
Bahan-bahan yang terlibat antara lain:
1.2.1.      Antibiotika : penicillin dan derivatnya, sefalosporin, tetrasiklin, eritromisin, streptomisin.
1.2.2.      NSAID : salisilat, aminopirin.
1.2.3.      Narkotik analgetik : morfin, kodein, meprobamat
1.2.4.      Anestesi local : prokain, lidokain, kokain
1.2.5.      Anestesi umum : thiopental, propofol
1.2.6.      Produk darah dan antisera : eritrosit, lekosit, trombosit, gama -globulin, antitoksin, anti difteri, anti rabies, anti tetanus, anti bias ular dan laba-laba.
1.2.7.      Bahan diagnostic : radiokontras yodium
1.2.8.      Obat – obat lain : protamin, klorpropamid, besi, yodium, tiasid, suksinilkolin.
1.2.9.      Bisa hewan : lebah , lalat kerbau , ular , laba-laba, ubur-ubur.
1.2.10.  Hormon : insulin, ACTH, ekstrak pituitaria.
1.2.11.  Enzim dan biologis lain : asetil sistein , tambahan enzim pan- kreas.
1.2.12.  Ekstra allergen potensial yang dipakai pada desensitisasi : tepung sari, makanan, bisa hewan.

1.3.   Klasifikasi
klasifikasi syok anafilaksis
RINGAN
SEDANG
BERAT
1.      Rasa kesemutan dan hangat  di  perifer
2.      Rasa penuh di mulut dan tenggorokan
3.      Kongesti nasal pembengkakan periorbital
4.      Pruritus, bersin-bersin dan mata berair

5.      Awitan gejala terjadi 2 jam setelah kontak
1.     Kemerahan pada muka dan leher (sementara), rasa hangat, gatal-gatal
2.     Reaksi serius disertai bronkospasme dan edema saluran nafas atau laring dengan dipsnea, mengi dan batuk Kemerahan pada muka dan leher (sementara),rasa hangat, gatal-gatal
1.      Onset mendadak
2.      Gejala = ringan hanya kejadian lebih cepat hingga terjadi bronkospasme, edema laring, dispnea berat serta sianosis
3.      Disfagia,kram abdomen,vomitus, diare dan serangan kejang-kejang
4.      Kadang timbul henti jantung dan koma


1.4.   Manifestasi Klinis
Syok anafilaktik adalah reaksi sistemik yang parah yang dapat mempengaruhi beberapa sistem organ. Berbagai manifestasi klinis yang terjadi pada pasien anafilaksis shock, tergantung pada tingkat keterlibatan multisistem. Gejala biasanya mulai muncul dalam menit paparan antigen tetapi mereka mungkin tidak terjadi untuk hingga 1 jam. Gejala mungkin juga muncul setelah 1-72 jam setelah paparan. Fase akhir dari reaksi ini akan mirip dengan respon awal anafilaksis, lebih ringan atau lebih parah.

Manifestasi klinis dari syok anafilaksis :
1.4.1     Kardiovaskular
a.    Hipotensi
b.   Takikardia
1.4.2     Pernapasan
a.       Benjolan di tenggorokan
b.      Batuk
c.       Dyspnea
d.      Dysphagia
e.       Suara serak
f.       Stridor
g.      Wheezing
h.       Rales and rhonchi
1.4.3     Cutaneous
a.     Pruritus
b.    Erythema
c.    Uritacria
d.    Angioedema
1.4.4     Neurologi
a.    Kegelisahan
b.   Ketakutan
c.    Tingkat kecemasan
d.   Pusing – sakit kepala
e.    Menurun kesadaran
1.4.5     Gastrointestinal
a.    Mual
b.   Muntah
c.    Diare
d.   Sakit perut

1.4.6     Saluran kemih dan genital
a.    Inkontinensia
b.   Keluhan  pendarahan subjektif vagina
c.    Sensasi kehangatan
d.   Dyspnea
e.    Perut kram dan nyeri
1.4.7     Parameter Hemodinamik
a.    Penurunan jantung tekanaan out (CO)
b.   Indeks jantung (CI)
c.    Penurunan tekanan di atrium (RAP)
d.   Penurunan paru oklusi (POAP)
e.    Penurunan sistemik vaskular (SVR)
Bentuk dari kemajuan reaksi anafilaktik , terjadinya reflek takikarni dan hipotensi. Ini terjadi dalam menanggapi besarnya vasodilatasi dan hilangnya volume sirkulasi. Vena jugularis tampak datar karena tekanan diastolik menurun. Yang hasil akhirnya adalah kegagalan peredaran darah dan jaringan perfusi tidak efektif. Tingkat kesadaran yang pasien mungkin akan memburuk untuk tidak merespon .
Penilaian dari parameter hemodinamik pada pasien syok anafilaktik ditandai dengan penurunan CO dan CI. Vena mengalami vasodilatasi dan volume yang sangat besar untuk sebuah kerugian yang memimpin penurunan dalam proses penyimpanannya, yang mengakibatkan penurunan dalam RAP dan PAOP. Vasodilatasi dari hasil sistem arteri pada penurunan beban jantung, seperti dibuktikan oleh penurunan SVR.

1.5.   Patofisiologi

Bila suatu alergen spesifik disuntikkan langsung kedalam sirkulasi darah maka alergen dapat bereaksi pada tempat yang luas diseluruh tubuh dengan adanya basofil dalam darah dan sel mast yang segera berlokasi diluar pembuluh darah kecil, jika telah disensitisasi oleh perlekatan reagen Ig E menyebabkan terjadi anafilaksis.
Histamin yang dilepaskan dalam sirkulasi menimbulkan vasodilatasi perifer menyeluruh, peningkatan permebilitas kapiler menyebabkan terjadi kehilangan banyak plasma dari sirkulasi maka dalam beberapa menit dapat meninggal akibat syok sirkulasi.
Histamin yang dilepaskan akan menimbulkan vasodilatasi yang menginduksi timbulnya red flare (kemerahan) dan peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga terjadi pembengkakan pada area yang berbatas jelas (disebut hives). Urtikaria muncul akibat masuknya antigen kearea kulit yang spesifik dan menimbulkan reaksi setempat.
Histamin yang dilepaskan sebagai respon terhadap reaksi menyebabkan dilatasi pembuluh darah setempat terjadi peningkatan tekanan kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler menimbulkan kebocoran cairan yang cepat dalam hidung menyebabkan dinding mukosa hidung bengkak dan bersekresi. (Gaura, 2011)

1.6.   Pathway
 































1.7.   Komplikasi
1.7.1.   Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas
1.7.2.   Bronkospasme persisten
1.7.3.   Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian)
1.7.4.   Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
1.7.5.   Kerusakan otak permanen akibat syok
1.7.6.   Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan
1.7.7.   Dermatitis kontakta yang khas, reaksi anafilaktoid
1.7.8.   Lain-lain syok hipovolemik, syok septik / kardiogenik, asma dan reaksi histeri

1.8.   Pemeriksaan Penunjang

Penunjang diagnostik EKG untuk mengetahui gambaran jantung (biasanya pada gambar EKG gelombang T mendatar dan terbalik), aritmia. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khas, diagnosa ditegakkan dengan adanya keluhan dan tanda anafilaktik dengan riwayat sebelumnya memakai obat parenteral atau adanya gigitan serangga. (Cicilia Bangeud, 2010)

1.9.   Penatalaksanaan
Penanganan anafilaksis adalah sebagai berikut:
1.9.1     Oksigenasi
Prioritas pertama dalam pertolongan adalah pernafasan. Jalan nafas yang etrbuka dan bebas harus dijamin, kalau perlu lakukan sesuai dengan ABC-nya resusitasi.
Penderita harus mendapatkan oksigenasi yang adekuat. Bila ada tanda-tanda pre syok/syok, tempatkan penderita pada posisi syok yaitu tidur terlentang datar dengan kaki ditinggikan 30o – 45º agar darah lebih banyak mengalir ke organ-organ vital. Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen dengan masker. Apabila terdapat obstruksi laring karena edema laring atau angioneurotik, segera lakukan intubasi endotrakeal untuk fasilitas ventilasi. Ventilator mekanik diindikasikan bila terdapat spasme bronkus, apneu atau henti jantung mendadak.

1.9.2     Epinefrin
Epinefrin atau adrenalin bekerja sebagai penghambat pelepasan histamine dan mediator lain yang poten. Mekanismenya adalah adrenalin meningkatkan siklik AMP dalam sel mast dan basofil sehingga menghambat terjadinya degranulasi serta pelepasan histamine dan mediator lainnya. Selain itu adrenalin mempunyai kemampuan memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus pembuluh darah perifer dan otot polos bronkus. Dosis yang dianjurkan adalah 0,25 mg sub kutan setiap 15 menit sesuai berat gejalanya. Bila penderita mengalami presyok atau syok dapat diberikan dengan dosis 0,3 – 0,5 mg (dewasa) dan 0,01 mg/ KgBB (anak) secara intra muskuler dan dapat diulang tiap 15 menit samapi tekanan darah sistolik mencapai 90-100 mmHg. Cara lain adalah dengan memberikan larutan 1-2 mg dalam 100 ml garam fisiologis secara intravena, dilakukan bila perfusi otot jelek karena syok dan pemberiannya dengan monitoring EKG. Pada penderita tanpa kelainan jantung, adrenalin dapat diberikan dalam larutan 1 : 100.000 yaitu melarutkan 0,1 ml adrenalin dalam 9,9 ml NaCl 0,9% dan diberikan sebanyak 10 ml secara intravena pelan-pelan dalam 5 – 10 menit. Adrenalin harus diberikan secara hati-hati pada penderita yang mendapat anestesi volatile untuk menghindari terjadinya aritmia ventrikuler.

Tabel Dosis Adrenalin Intramuskular untuk Anak – anak
DOSIS ADRENALIN ANAK



1.9.3     Pemberian cairan intravena
Pemberian cairan infuse dilakukan bila tekanan sistolik belum mencapai 100 mmHg (dewasa) dan 50 mmHg (anak). Cairan yang dapat diberikan adalah RL/NaCl, Dextran/ Plasma. Pada dewasa sering dibutuhkan cairan sampai 2000ml dalam jam pertama dan selanjutnya diberikan 2000 – 3000 ml/m² LPB/ 24 jam. Plasma / plasma ekspander dapat diberikan segera untuk mengatasi hipovolemi intravaskuler akibat vasodilatasi akut dan kebocoran cairan intravaskuler ke interstitial karena plasma / plasma ekspander lebih lama berada di dalam intravaskuler dibandingkan kristaloid. Karena cukup banyak cairan yang diberikan, pemantauan CVP dan hematokrit secara serial sangat membantu.

1.9.4     Obat – obat vasopressor
Bila pemberian adrenalin dan cairan infuse yang dirasakan cukup adekwat tetapi tekanan sistolik tetap belum mencapai 90 mmHg atau syok belum teratasi, dapat diberikan vasopressor. Dopamin dapat diberikan secara infus dengan dosis awal 0,3mg/KgBB/jam dan dapat  ditingkatkan secara bertahap 1,2mg/KgBB/jam  untuk mempertahankan tekanan darah yang membaik. Noradrenalin dapat diberikan untuk hipotensi yang tetap membandel.

1.9.5     Aminofilin
Sama seperti adrenalin, aminofillin menghambat pelepasan histamine dan mediator lain dengan meningkatkan c-AMP sel mast dan basofil. Jadi kerjanya memperkuat kerja adrenalin. Dosis yang diberikan 5mg/kg i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit untuk mencegah terjadinya hipotensi dan diencerkan dengan 10 ml D5%. Aminofillin ini diberikan bila spasme bronkus yang terjadi tidak teratasi dengan adrenalin. Bila perlu aminofillin dapat diteruskan secara infuse kontinyu dengan dosis 0,2 -1,2 mg/kg/jam.

1.9.6     Kortikosteroid
Berperan sebagai penghambat mitosis sel precursor IgE dan juga menghambat pemecahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat pada fase lambat. Kortikosteroid digunakan untuk mengatasi spasme bronkus yang tidak dapat diatasi dengan adrenalin dan mencegah terjadinya reaksi lambat dari anafilaksis. Dosis yang dapat diberikan adalah 7-10 mg/kg i.vprednisolon dilanjutkan dengan 5 mg/kg tiap 6 jam atau dengan deksametason 40-50 mg i.v. Kortisol dapat diberikan secara i.v dengan dosis 100 -200 mg dalam interval 24 jam dan selanjutnya diturunkan secara bertahap.

1.9.7     Antihistamin
Bekerja sebagai penghambat sebagian pengaruh histamine terhadap sel target. Antihistamin diindikasikan pada kasus reaksi yang memanjang atau bila terjadi edema angioneurotik dan urtikaria. Difenhidramin dapat diberikan dengan dosis 1-2mg/kg sampai 50 mg dosis tunggal i.m. Untuk anak-anak dosisnya 1mg/kg tiap 4 -6 jam.

1.9.8     Resusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paru (RJP) dilakukan apabila terdapat tanda-tanda kagagalan sirkulasi dan pernafasan. Untuk itu tindakan RJP yang dilakukan sama seperti pada umumnya.

Bilamana penderita akan dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih baik fasilitasnya, maka sebaiknya penderita dalam keadaan stabil terlebih dahulu. Sangatlah tidak bijaksana mengirim penderita syok anafilaksis yang belum stabil penderita akan dengan mudah jatuh ke keadaan yang lebih buruk bahkan fatal. Saat evakuasi, sebaiknya penderita dikawal oleh dokter dan perawat yang menguasai penanganan kasus gawat darurat.
Penderita yang tertolong dan telah stabil jangan terlalu cepat dipulangkan karena kemungkinan terjadinya reaksi lambat anafilaksis. Sebaiknya penderita tetap dimonitor paling tidak untuk 12-24 jam. Untuk keperluan monitoring yang kektat dan kontinyu ini sebaiknya penderita dirawat di Unit Perwatan Intensif. (Alirifan, 2011)

Gambar. Algoritma Penatalaksanaan Reaksi Anafilaktik
Backup of Backup of Backup of anafilaktik_Page_15





2.      KONSEP DASAR KEPERAWATAN
                        
Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Imun pada Kasus Reaksi Anafilaktik

2.1.   Pengkajian
2.1.1.      Anamnesa / wawancara
Anamnesis meliputi identitas pasien dan penanggung jawab, riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami.
a.    Alasan dirawat atau Keluhan utama
b.    Riwayat kesehatan dan penyakit yang lalu
c.     Masalah kesehatan yang sedang dialami
d.    Masalah pola fungsi sehari-hari
e.     Masalah yang dirasakan beresiko atau diketahui beresiko tinggi pada klien
f.    Pola emosi, konsep diri, gambaran diri,pola pemecahan masalah
g.   Masalah kebudayaan / kepercayaan, nilai dan  keyakinan
h.   Hubungan sosial atau keluarga, dll

2.1.2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Status respirasi
Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik, respirasi meningkat jika kondisi menjelek)
b.      Fungsi metabolik
Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea
c.       Keseimbangan asam basa
Pada awal syok pO2 dan pCO menurun (penurunan pCO2  karena takipnea, penurunan pO2 karena adanya aliran pintas di paru)

d.      Kulit
1)       suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia)
2)      Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik dan syok hemoragi terminal)
3)      Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada syok septik).
e.       Status jantung
Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
f.       Tekanan darah
Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik)
g.      Status mental
Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan orientasi menurun, spoor sampai koma

2.1.3.      Pemeriksaan penunjang
a.       Pemeriksaan Laboratorium
1)      Hematologi : darah (Hb, hematokrit, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah. Hitung  sel   meningkat, Hemokonsentrasi, trombositopenia, eosinophilia naik/ normal / turun
2)      Kimia :   Plasma Histamin meningkat, sereum triptaase meningkat
3)      Analisa gas darah
b.      Radiologi
1)       X foto : Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus, plug.
2)      EKG    : Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia

2.1.4.      Pengelompokan data
a.       Data subjektif :
1)      Klien mengatakan sesak nafas atau sulit dalam bernafas
2)      Klien mengatakan dirinya sangat lemas
3)      Klien mengeluh mual dan muntah
4)      Klien mengatakan cemas dan gelisah 
5)      Klien mengatakan gatal – gatal pada kulit dan hidung
b.      Data objektif :
1)      Klien tampak sesak, tampak bernafas dengan mulut, tampak pembengkakan pada mukosa hidung,tampak penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung, terpasang oksigen
2)      Tampak bengkak di sekitar tubuh dan hidung klien
3)      Klien tampak pucat, akral dingin, gambaran EKG gelombang T mendatar dan terbalik
4)      Tanda – tanda vital terutama tekanan darah menurun
5)      Klien tampak lemah
6)      Klien tampak cemas
7)      Klien tampak menggaruk – garuk badannya, tampak adanya pruritus (ada hives) urtikaria

2.2.   Diagnosa
2.2.1.      Analisa data
No
Symptom
Etiologi
Problem
1
DS : klien mengatakan sesak nafas atau sulit dalam bernafas

DO :
-          klien tampak bernafas dengan mulut
-          Tampak pembengekakan pada mukosa hidung
-          Terpasang O2
-          Tampak penggunaan otot bantu nafas dan pernafasan cuping hidung
-          Tanda – tanda vital khususnya RR  menurun (dsypnea)

Reaksi imunologi traktus respiratorus (allergen terikat oleh Ig E terjadi degranulasi sel mast)


Mengeluarkan performed mediator seperti histamine, protease dan newly generated mediator seperti leukotrein, prostaglandin

 


Penyempitan atau spasme otot bronkeolus, edema saluran nafas/laring
Pola nafas tidak efektif
2
DS : Klien mengatakan cemas dan gelisah
DO :
-          Klien tampak pucat, akral dingin
-          Klien tampak cemas dan gelisah
-          Tanda – tanda vital terutama tekanan darah menurun
-          Gambaran EKG gelombang T  mendatar dan terbalik
Penurunan aliran darah sekunder terhadap gangguan vaskuler akibat reaksi anafilaktik


 



Penurunan curah jantung dan vasodilatasi
Gangguan perfusi jaringan
3
DS :
-          Klien mengatakan dirinya sangat lemas
-          Klien mengeluh mual dan muntah
DO :
-          Klien tampak lemah
-          Klien tampak mual dan muntah
Reaksi anafilaktik


 




Peningkatan kapasitas vaskuler
Resiko ketidakseimbangan volume cairan
4
DS : Klien mengatakan gatal – gatal pada bagian kulit dan hidung
DO :
-          Klien tampak menggaruk – garuk badannya
-          Tampak pruritus (ada hives), urtikaria
-          Tampak bengkak disekitar tubuh dan hidungnya
Peningkatan produksi histamine dan bradikinin oleh sel mast
Gangguan integritas kulit

2.2.2.      Rumusan diagnosa
a.    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot bronkeolus yang ditandai dengan klien mengatakan sesak nafas atau sulit dalam bernafas, klien tampak bernafas dengan mulut, tampak pembengekakan pada mukosa hidung, terpasang O2 , tampak penggunaan otot bantu nafas dan pernafasan cuping hidung, tanda – tanda vital khususnya RR  menurun (dsypnea).
b.   Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung dan vasodilatasi yang ditandai dengan klien mengatakan cemas dan gelisah, klien tampak pucat, akral dingin, klien tampak cemas dan gelisah, tanda-tanda vital terutama tekanan darah menurun, gambaran EKG gelombang T  mendatar dan terbalik.
c.    Resiko ketidakseimbangan berhubungan dengan peningkatan kapasitas vaskuler yang ditandai dengan Klien mengatakan dirinya sangat lemas, klien mengeluh mual dan muntah, klien tampak lemah, klien tampak mual dan muntah
d.   Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan produksi histamine dan bradikinin oleh sel mast, Klien mengatakan gatal-gatal pada bagian kulit dan hidung, klien tampak menggaruk-garuk badannya, tampak pruritus (ada hives), urtikaria, tampak bengkak disekitar tubuh dan hidungnya  

2.3.   Intervensi

Hari / tanggal
No Dx
Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam di harapkan pasien mampu mempertahankan pola pernapasan efektif dengan kriteria hasil :
-      Klien tidak mengeluh sesak
-      Bernafas spontan tanpa bantuan O2
-      Tidak ada penggunaan otot bantu nafas dan cuping hidung
-      RR normal 16-20 x/menit
1.    Pastikan tidak terdapat benda atau zat tertentu atau gigi palsu pada mulut pasien
2.   Atur posisi klien :
Letakkan pasien pada posisi sim, permukaan datar dan miringkan kepala pasien
3.   Lakukan penghisapan sesuai indikasi

4.   Kolaborasi :
Berikan tambahan O2 atau ventilasi manual sesuai kebutuhan

1.   Menurunkan resiko aspirasi / masuknya suatu benda asing ke faring
2.   Meningkatkan aliran sekret, mencegah lidah jatuh & menyumbat jalan nafas
3.   Menurunkan resiko aspirasi atau asfiksia
4.   Kolaborasi :
Untuk menurunkan hipoksia cerebral

2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan dapat memperbaiki  perfusi jaringan dengan kriteria hasil :
-          Kulit pasien hangat
-          Tanda vital dalam batas normal
-          Pasien sadar atau  berorientasi

1.   Kaji perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (cemas, gelisah, bingung, letargi, pingsan)
2.   Kaji warna kulit apakah pucat, sianosis, belang, catat kekuatan nadi perifer
1.      Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung. 



2.   Penurunan curah jantung dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi

3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan tubuh pasien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
-       Klien tampak segar
-       Volume cairan klien dapat terpenuhi
-     
1.   Kaji tanda-tanda vital


2.   Kaji peningkatan suhu dan durasi demam, berikan kompres hangat sesuai indikasi, pertahankan pakaian tetap kering, pertahankan kenyamanan suhu lingkungan

3.   Ukur haluan urine dan berat jenis urine





4.   Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari



5.   Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi, missal:
antipiretik (aceta minofen)
1.   Indikator dari volume cairan sirkulasi
2.   Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diforesis yang berlebihan dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan yang berlebihan
3.   Peningkatan berat jenis urine atau penuruna haluaran urine menunjukan perubaha perfusi ginjal  atau volume sirkulasi.
4.   Memprtahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa
5.   Untuk membantu mengurangi demam dan respon metabolisme, menurunkan cairan tak kasat mata

4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan dapat
-      menunjukan kemajuan pada luka atau penyembuhan dengan kriteria hasil :
-       Klien tidak lagi menggaruk –  garuk badannya
-       Klien merasa nyaman
-       Klien dapat mempertahankan integritas kulitnya

-

1.   Kaji kulit setiap hari. Catat warna kulit, turgor kulit, sirkulasi dan sensasi
2.   Perthankan hygiene kulit, misalnya membasuh dan kemudian mengeringkan dengan hati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan lotion atau cream
3.   Pertahankan kebersihan lingkungan pasien seperti seprei bersih kering dan tidak berkerut



4.   Sarankan pasien untuk melakukan ambulasi beberapa jam sekali jika memungkinkan
5.   Gunting kuku secara teratur



6.   Kolaborasi :
Gunakn atau berikan obat-obatan atau sistemik sesuai indikasi.
1.   Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan kulit

2.   Mempertahankan kebersihan karena kulit tiap kering dapat menjadi barier infeksi dan masase dapat meningkatkan sirkulasi kulit dan kenyamanan
3.   Friksi kulit di sebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang dapat menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi
4.   Menurunkan tekanan pada kulit dari istirahat lama di tempat tidur

5.   Kuku yang panjang atau kasar dapat meningkatkan kerusakan dermal
6.   Kolaborasi :
Digunakan pada perawatan lesi kulit. Jika digunakan salep multi dosis, perawatn harus dilakuakn untuk menghindari kontaminasi silang




2.4.   Implementasi

Hari/Tgl/Jam
No Dx
Implementasi
Respon Hasil
Paraf

1
1.    Mengkaji tanda-tanda vital terutama RR
2.    Mengatur posisi pasien
1.      RR dalam batas normal
2.      Pasien dengan posisi hiperekstensi / semi fowler
Mahasiswa

2
1.      Mengkaji prubahan tiba-tiba gangguan mental kontinu
2.      Mengkaji warna kulit
1.    Klien tampak sadar dan berorientasi

2.    Kulit klien tampak pucat


3
1.   Mengkaji tanda-tanda vital
2.   Memantau pemasukan cairan

3.   Memberikan antipiraktik acetaminophen
1.   Klien tampak segar
2.   Klien tampak mengikuti anjuran tenaga medis
3.   Klien tampak minum acetanimofen


4
1.       Menkaji warna kulit, turgor kulit dan sensasi


2.       Mempertahankan hygiene kulit

3.       Membantu mempertahankan  kebutuhan lingkungan klien
4.       Memerikan obat-obatan / sistemik sesuai indikasi
1.   Kulit klien tampak menunjukan kemajuan pada luka / penyembuhan
2.   Klien tampak menggunakan lotion dan sebagainya
3.   Klien tampak nyaman dengan lingkungan sekiturnya
4.   Klien mau mengikuti anjuran perawat dan tenaga medis lainnya.








2.5.   Evaluasi

Hari / Tgl Jam
No Dx
Catatan Perkembangan
Paraf

1
S : Klien mengatakan sesaknya mulai berkurang
O : Tampak rileks saat bernafas
-          Bernafas dengan bantuan O2
-          Tidak ada penggunaan otot bantu nafas dan cuping hidung
-          RR masih dibawah batasan normal
A : Masalah pola nafas teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan, no : 1,2,3
1.   Kaji tanda – tanda vital terutama pernafasan
2.   Atur posisi klien : kepala hiperekstensi
3.   Atur posisi klien :semi fowler/ trendelenburg

Mahasiswa

2
S : Klien mengatakan rasa cemas dan gelisahnya berkurang
O : Tampak tenang
-       Kulit pasien hangat
-       Tanda vital dalam batas normal
-       Pasien sadar atau berorientasi
A : Masalah perfusi jaringan teratasi
P : Intervensi dihentikan


3
S : Klien mengatakan dirinya tidak lemas lagi
O : Klien tampak segar
A : Masalah ketidakseimbangan volume cairan teratasi
P : Intervensi dihentikan


4
S : Klien mengatakan tidak gatal-gatal lagi di bagian kulit dan hidung
O : Klien tampak tidak menggaruk-garuk bagian tubuhnya terutama kulit dan hidungnya lagi
A : Masalah integritas kulit teratasi
P : Intervensi dihentikan



BAB II
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang doperantarai oleh Ig E yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat. Syok anafilaktik memang jarang dijumpai, tetapi mempunyai angka mortalitas yang sangat tinggi.
Pencegahan merupakan langkah terpenting dalam penatalaksanaan syok anafilaktik terutama yang disebabkan oleh obat-obatan. Apabila ditangani secara cepat dan tepat sesuai dengan kaidah kegawat daruratan, reaksi anafilaktik jarang menyebabkan kematian.

2.      Saran
Bagi para tenaga kesehatan khususnya  perawat atau dokter diharapkan agar tetap berhati-hati dalam memberikan tindakan, terutama tindakan invasif. Sangat perlu diperhatikan obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien, sebelum melakukan pemberian obat-obatan dengan cara injeksi harus melakukan skin test terlebih dahulu agar mengetahui apakah obat itu dapat diterima oleh tubuh pasien atau tidak, agar tidak terjadi syok anafilaktik