BAB I
PENDAHULUAN
A.
Definisi
Penyakit tetanus addalah penyakit
infeksi yang diakibatkan oleh kuman Cloctradium tetani yang dimanifestasikan
berupa kejang otot proksimal, diikuti oleh kekuatan otot seluruh tubuh.Kekuatan
tonos otot ini selalu tampak pada otot maseter dan otot – otot rangka.
B. Etiologo
Clastradium tetani adalah kuman berbentuk
batang, rangping berukuran 2-5x0,4-0-0,5 milimikron. Kuman ini berspora
termasuk dalam golongan gram positif dan hidup anaerob. Spora dewasamempunyai
bagian yang bergenderang ( drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat
neorotoksik. Toksik ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot
daqn syaraf ferefer setempat. Toksin labil pada pemanasan pada suhu 65 derajat
celcius akan hancur dalamwaktu5 menit. Disamping itu dikenal juga tetanolisin
yang bersifat hemolisis yang perannya kurang berani dalam proses hemolisis.
C. Epidemiologi
Di Amerika rata-rata usia pasien tetanus
berkisar antara 50 s.d 57 tahun. Tetanus juga dapat menyerang semua golongan
umur : bayi (tetanus neonatorum). Dewasa muda (biasanya pecandu narkotik) Kuman
ini bisa tersebar luas diseluruh tanah terutama tanah garapan yang berasal dari
kotoran hewan
D. Patofisiologi
Luka yang terjadi karena tusukan
paku , besi, kaleng/ bekas tusuk sate yang kotor cenderung tertutup dan
menyebab keadaan kotoran anaerob didalam luka,merupakan media yang sangat baik
bagi kuman clostridium tetani . Cara penyebaran toksin oleh kuman terjadi
dalam 2 cara yaitu diabvsorbsi melalui
ujung syaraf motorik dan malalui susunan limpatik dan ikut aliran darah arteri
. Setelah terjadi toksik terjadi perubahan serangan akan timbul gelala-gejala
kejang tetani yang khas.
E. Gejala Klinis
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21
hari.Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak yang didahului oleh ketegangan
otot pada rahang dan leher.Timbul kesukaran membuka mulut, (trismus) karena
spasmus otot masseter. Kejang ototini akan berlanjut kekuduk dinding perut dan
sepanjang tulang belakang. Bila serangan toksik sedang sering tampak rimus
sardonikus karena spasmus otot muka dengan gambaran alis tertarik keatasdan
sudut mulut tertarik keluar dankebawah , bibir tertekan kuat pada gigi .
Gambaran umum yang khas pada tetanus
adalah berupa badan kaku dengan epistotonus ,tungkaidalam keadaan ektensi,
lengan kaku dan tangan mengapel, biasanya kesadaran tetap baik. Secara
umumdalam kurun waktu kurang lebih 48 jam penyakit tetanus menjadi nyata
terlihat
dengan gambaran klinis sebagai berikut :
a.
Tetanus : karena spasmus otot-otot
matikatoris ( otot pengunyah).
b.
Kaku kuduk sampai epistotonus (
karena ketegangan otot-otot erector tungkai).
c.
Ketegangan otot dinding perut
(perut kaku seperti papan).
d.
Kejang tonis teritama bila
dirangsang karena toksin yang tendapat di komus
anterior.
e.
Resus sardonikos karena spasme otot
muka ( alis tertarik keatas,sudut muka
f.
tertarik keluar dan kebawah, bibir
tertekan kuat pada gigi)
g.
Kerusakan menelan, gelisah ,mudah
terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota
Badan
h.
Spasme yang khas yaitu badan kaku
dengan epitotonus, ektrimitas inferior dalam
keadaan ektensi, lengan kaku dan tangan
mengepal kuat .
i.
Asfiksia dan sianosis terjadi
akibat serangan pada otot pernapasan dan laring.
j.
Panas biasanya tidak terlalu
tinggi.
k.
Biasanya terdapat leukositisis
ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan
cairan otak.
Menurut beratnya gejala dapat dibedakan dalam
3 stadium :
1. trismus ( 3cm) tampa kejang
tonik umum meskipun dirangsang.
2. Trismus (3 cm atau lebih
kecil) dengan kejang tonik umum bila dirangsang.
3. Trismus ( 1 cm) dengan kejang
tonik umum spontan
Penilaian tetanus berdasarkan
Phillip skore :
Gardasi Penyakit :
1. Masa inkubasi :
·
< 2 hari = nilai 5
·
2-5 hari = nilai 4
·
6-8 hari = nilai 3
·
11-14 hari = nilai 2
·
> 15 hari = nilai 1
2. Tempat infeksi :
·
Umbilikus = nilai 5
·
Kepala/leher = nilai 4
·
Badan = nilai 3
·
Ektrimitas atas proksimal =
nilai 3
·
Ektrimitas bawah proksimal
= nilai 3
·
Ektrimitasd atas distal =
nilai 2
·
Ektrimitas bawah distal =
nilai 2
·
Tidak diketahui = nilai 1
3. Imunisasi
o
Belum pernah = nilai 10
o
Mungkin pernah = nilai
8
o
Pernal > 10 th yang lalu
= nilai 4
o
Pernah < 10 th yang lalu
= nilai 2
o
Imunisasi lengkap = nilai
0
4. Faktor penyerta
Trauma yg
mengancam jiwa = Nilai
10
Trauma
berat = Nilai8
Trauma sedang = Nilai4
Trauma
ringan = Nilai 2
A.S.A derajat
1 = Nilai 1
Faktor-faktor yg mempengaruhi prognosa penyakit :
5.
Derajat spasme :
- Epistotonus = nilai 5
- Reflek spasme umum = nilai 4
- Reflek terbatas = nilai 3
- Spastisitas umum = nilai 2
- Trismus = nilai 1
6. Frekue3nsi spasme :
- Spontan > 3 x / 15 menit = nilai 5
- Spontan < 3 x / 15 menit = nilai 4
- Kadsang-kadang spontan = nilai 3
- < 6 x / 12 jam = nilai 1
7. Suhu Badan :
- > 38,9 derajat celcius = 10
- 38,3 – 38,9 derajat celcius = nilai 8
- 37,8 – 38,2 derajat celcius = nilai 4
- 37,2 – 37, 7 derajat celcius = nilai
2
- 37,7 – 37,1 derajat celcius = nilai 0
8. Pernapasan :
- Tracheostomy = nilai 10
- Henti napas setiap konvulsi = nilai 8
- Henti napas kadang setelah konvulsi =
nilai 4
- Henti napas hanya selama konvulsi = nilai
2
- Normal = nilai 0
F. Pemeriksaan Laboratorium
:
Biasanya terdapat leukositosis
ringan dan kadang-kadang didapat peningkatan tekanan cairan otak.
G. Penatalaksanaan :
1. Umum :
a. Merawat dan
membersihkan luka dgn sebaik-baiknya
b. Diet cukup
ka;lori dan protein ( bentuk makanan tergantungpada kemampuan
membuka mulut
dan menelan ).
c. Isolasi klien untuk menghindari rangsang
luar seperti suara dan tidakan thd
klien lainnya
d. Oksigen dan pernapasan buatan dan
tracheotomy kalau perlu.
e. Mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit.
2. Obat-obatan :
a. Anti toksin . Tetanus Imun Glubolin (TIG
) lebih dianjurkan pemakainnya di
bandingkan
dengan anti tetanus serum (ATS) dari hewan. Disis initial TIG
adalah 5000 U
IM ( disis harian 500 – 6000 U ). Kalau tidak adaTIG diberi ATS
dgn dosis
5000 U IM dan 5000 U IV.
b. Anti kejang.
Beberapa obat yg dapat diberikan :
Obat Dosis Efek samping
- Diasepam 0,5 – 10 mg/kg BB /24 jam
IM - Sopor, koma
- Meprobamat 300 – 400 mg/4 jam IM - Tidak ada
- Klorpromasin 25 – 75 mg /4 jam IM - Hipotensi
- Fenobarbital 50 – 100 mg / 4 jam IM - Depresi nafas
H. Prognosis :
Dipengaruhi
oleh berbagai faktor yg dapat memperburuk keadaan yaitu :
a. Masa inkubasi yg pendek ( 7 hari ).
b. Neonatus dan usia tua (lebih dari 55 th )
c. Frekuensi kejang yg sering
d. Kenaikan suhu badan yg tinggi
e. Pengobatan yg terlambat
f.Periode trismus dan kejang yg semakin sering
g. Adanya penyulit spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas
I.
Pencegahan :
- Mencegah
luka
- Merawat
luka secara adekuat
- Beri
ATS setelah luka
- Diluar
negeri dicegah dg pemberian TIG dan toksoid.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas:
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan , dan alamat penting untuk
Mengetahui adanya faktor resiko
thd timbulnya serangan tetanus.
b. Pengkajian Data Klien yg
berhubungan dengan :
1. Aktifitas dan istirahat :
Gejala yg timbul biasanya : berupa keletihan, keterbatasan dalam
beraktifitas
dan bekerja yg ditimbulkan oleh
diri sendiri atau orang terdekat atau pemberi
asuhan keperawatan.
Tandanya : perubahan tonus dan
kekuatan otot, gerakan involunter atau kontrasi
otot ataupun kelompok otot.
2. Sirkulasi :
Gejala : hipertensi, peningkatan
nadi, sianosis atau bisa juga depresi dgn penurunan
Nadi dan RR dan penurunan tanda vital
3. Integritas Ego :
Gejala : Sresor internal dan
ekternal yg berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan , peka rangsangan,
perasaan tidak ada harapan,atau tidak berdaya,
perubahan dalam berhubungan.
4
Eliminasi :
Gejala : inkontinensia episodic.
Tanda : Penignkatan tekanan
kandung kemih dan tonus sfingter dan otot relaksasi
yg menyebabkan inkontinensia.
5. Makanan dan Cairan
Gejala : Sensitif thd makanan ,
mual, muntah, yg berhubungandengan aktifitas
kejang . Terjadi hiperplasia
dinggival ( efek samping pemakaian dilantin
Jangka panjang )
6. Neoru sensori :
Gejala : aktifitas berulang,
pingsan,pusing, infeksi serebri.
Tanda : karakteristik kejang :
prodromal, kejang umum, kejang parsial
( komplek), kejang parsial sederhana.
7. Nyeri dan kenyamanan :
Nyeri otot punggung ssakit kepala.
8. Pernafasan :
Gejala :, gigi mengatup, sianosis,
pernafasan menurun atau cepat, peningkatan
sekresi mukus sampai apnea.
9. Keamanan : adanya riwayat
terjatuh atau trauma akibat kejang.
10. Interaksi social : masalah
dalam hubungan interpersonal, social, penghidaran thd
rangsangan (isolasi ).
11. Penyuluhan atau pembelajaran
berhubungan dengan faktore resiko timbulnya
kejang yg berulang, penanganan dan
hal yg harus dilaporkan.
c. Pemerikasaan Diagnostik :
1. Elektrolit ( tidak seimbang
sebagai pencetus kejang ).
2. Glukosa ( hipoglikemi
sebagaipencetus kejang )
3. Ureum/ kreatinin (
peningkatannya dapat meningkatkan resiko kejang)
4. Sel darah merah
5. Kadar obat dalam racun.
d. Prioritas Keperawatan :
1. Mencegah
atau mengendaklikan aktifitas kejang
2. Melindungi
klien dfari cedera atau akibat kejang
3.
Mempertahankan fungsi nafas yg efektif
4.
Meningkatkan pengetahuan klien
2. Diagnosa Keperawatan:
Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang
penanganan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan penyakitnya dapat meningkat.
Kriteria Hasil :
1.Klien
dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan penanganannya
2.klien
dapat diajak kerja sama dalam program terapi
3.klien
dan keluarga dapat menyatakan melaksanakan penejlasan dna pendidikan kesehatan
yang diberikan.
3. Intervensi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Identifikasi tingkat pengetahuan klien dan
keluarga
2. Hindari proteksi yang berlebihan terhadap klien ,
biarkan klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
3. ajarkan pada klein dan keluarga tentang
peraawatan yang harus dilakukan sema kejang
4. jelaskan pentingnya mempertahankan status
kesehatan yang optimal dengan diit, istirahat, dan aktivitas yang dapat
menimbulkan kelelahan.
5. jelasakan tentang efek samping obat (gangguan
penglihatan, nausea, vomiting, kemerahan pada kulit, synkope dan konvusion)
6. jaga kebersihan mulut dan gigi secara teratur
|
1. Tingkat pengetahuan penting untuk modifikasi
proses pembelajaran orang dewasa.
2. tidak memanipulasi klien sehingga ada proses
kemandirian yang terbatas.
3. kerja sama yang baik akanmembantu dalam proses
penyembuhannnya
4. status kesehatan yang baik membawa damapak
pertahanan tubuh baik sehingga tidak timbul penyakit penyerta/penyulit.
5. efek samping yang ditemukan secara dini lebih
aman dalam penaganannya.
6. Kebersihan mulut dan gigi yang baik merupakan
dasar salah satu pencegahan terjadinya infeksi berulang.
|
4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.Selama pelaksanaan
kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan
perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan
pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya (
Santosa.NI, 1989;162).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit tetanus addalah penyakit
infeksi yang diakibatkan oleh kuman Cloctradium tetani yang dimanifestasikan
berupa kejang otot proksimal, diikuti oleh kekuatan otot seluruh tubuh.Kekuatan
tonos otot ini selalu tampak pada otot maseter dan otot – otot rangka.
DAFTAR PUSTAKA
Soeparman; 1990; Ilmu Penyakit Dalam; Universitas Indonesia
Press; Jakarta
Deanna etc.: 1991; Infectious Diseases; St. Louis Mosby Year
Book.
Theodore R.; 1993; Ilmu Bedah; EGC; Jakarta
Marlyn Doengoes; 1993; Nursing Care Plan; Edisi III,
Philadelpia