BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan
setelah berhubungan intim. Alat ini atau cara ini sifat tidak permanen dan
memungkinkan pasangan untuk mendapatkan anak apabila diinginkan. Ada berbagai
macam jenis Alat Kontrasepsi yang tersedia di pasaran yang dapat dibeli dengan
bebas. Pil kontrasepsi dipergunakan oleh
kurang lebih 50 juta akseptor di seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan
kurang lebih 60% akseptor mempergunakan pil kontrasepsi. Jumlah ini tampaknya
akan tetap tinggi dibandingkan dengan jumlah akseptor yang mempergunakan cara
kontrasepsi yang lain. Pil mengakibatkan perlunya tenaga pelayanan lebih banyak
dibandingkan IUD, sehingga merupakan beban yang berat bagi tenaga medis serta
para medis. Oleh karena itu perlu pelayanan yang diatur oleh tenaga terlatih
yang terdapat dalam masyarakat sendiri. Sehubungan dengan ini diperlukan
pengetahuan dasar serta petunjuk-petunjuk untuk pelaksana pelayanan tersebut,
baik untuk seleksi akseptor maupun cara mengatasi keluhan-keluhan yang
ditemukan (Sastrawinata, 2000).
Pil KB yang banyak dipakai umumnya
berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan progesteron. Ada juga yang berisi
hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon ini bekerja menghambat terjadinya
ovulasi. Oleh karena ovulasi atau keluarnya sel telur matang tidak terjadi,
maka kehamilan pun tidak berbuah. Angka keberhasilan memakai pil dibilang hampi
selalu efektif dalam mencegah kehamilan.
Namun, tidak semua wanita tidak boleh
memilih pil, jika mengidap tumor yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, seperti
tumor kandungan dan payudara, mengidap penyakit hati aktif, penyakit pembuluh
balik atau varices thrombophlebitis, pernah serangan stroke dan mengidap
penyakit kencing manis. Mereka mutlak tidak boleh memakai pil, dan harus
memilih cara kontrasepsi yang lain.
Yang perlu dipertimbangkan tidak boleh
memilih pil, apabila mengidap darah tinggi, migren, depresi, tumor jinak rahim
(mioma uteri) dan haidnya jarang. Oleh karena obat dalam pil kurang lebih sama
dengan obat suntik, maka memilih suntikan juga perlu mempertimbangkan
kondisi-kondisi akseptor. Pilihan pil KB sering ditinggalkan karena faktor efek
sampingnya. Efek samping estrogen sering menimbulkan mual, nyeri kepala, air
tertahan dalam tubuh dan nyeri payudara. Sedangkan efek samping progesteron
menjadikan perdarahan vagina tidak teratur, nafsu makan bertambah sehingga
bertambah gemuk, muncul jerawat, haid jadi sedikit dan kemungkinan payudara
mengecil (Nadesul, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui
definisi kontrasepsi dengan pil KB.
1.3.2
Untuk mengetahui
jenis-jenis dari pil KB.
1.3.3
Untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan menggunakan pil KB.
1.3.4
Untuk mengetahui efek
samping dari pil KB.
1.3.5
Untuk mengetahui kontra indikasi dari pil KB.
1.3.6 Untuk mengetahui cara penggunaan pil KB.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah
konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB merupakan
salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan. Pil KB disukai karena
relatif mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah (Saifuddin, 2006).
Pil KB atau oral contraceptives
pill merupakan alat kontrasepsi hormonal yang berupa obat dalam bentuk pil yang
dimasukkan melalui mulut (diminum), berisi hormon estrogen dan atau
progesteron. bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan
dengan menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan
efektif dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten (Sastrawinata,
2000).
2.2
Cara
Kerja
a. Pil
KB kombinasi (Combined Oral Contraceptives = COC) Mengandung 2
jenis hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron. Mekanisme kerjanya untuk
mencegah kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Mencegah pematangan dan pelepasan sel telur
2. Mengentalkan lendir leher rahim, sehingga
menghalangi penetrasi sperma
3. Membuat dinding rongga rahim tidak siap untuk
menerima dan menghidupi hasil pembuahan
b. Pil
KB progesteron (Mini pill = Progesterone Only Pill = POP) hanya berisi
progesteron, bekerja dengan mengentalkan cairan leher rahim dan membuat kondisi
rahim tidak menguntungkan bagi hasil pembuahan.
Pil
KB Andalan akan mencegah pelepasan sel telur yang telah diproduksi oleh indung
telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Hormon yang terkandung dalam pil
KB Andalan akan memperkental lendir leher rahim sehingga mempersulit sel sperma
masuk kedalam rahim. Hal ini berguna untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
pembuahan dan kehamilan. Selain itu, Pil KB Andalan akan menebalkan dinding
rahim, sehingga tidak akan siap untuk kehamilan.
2.3
Efektivitas
Bila dipakai dengan benar dan
teratur, kegagalannya sangat kecil yakni 0.1% kehamilan pada 100 wanita pemakai
atau tahun pertama pemakaian (1:1000) Dalam pemakaian sehari-hari karena faktor
kesalahan manusia atau lupa, maka kegagalannya dapat menjadi 6-8 kehamilan atau
100 wanita pemakai atau tahun pemakaian. Kesalahan yang sering terjadi adalah
lupa menelan pil atau terlambat memulai kemasan yang baru
2.4
Jenis-jenis Pil KB
Ada 5 jenis pil
KB/kontrasepsi oral, yaitu : (Saifuddin, 2006)
1. Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill
Pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron dan diminum
sehari sekali. Estrogen dalam pil oral kombinasi, terdiri dari etinil estradiol
dan mestranol. Dosis etinil estradiol 30-35 mcq. Dosis estrogen 35 mcq sama
efektifnya dengan estrogen 50 mcq dalam mencegah kehamilan. Progestin dalam pil
oral kombinasi, terdiri dari noretindron, etindiol diasetat , linestrenol,
noretinodel, norgestrel, levonogestrel, desogestrel dan gestoden.
Terdiri dari 21-22 pil KB/kontrasepsi oral dan setiap pilnya
berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus.
Pil KB/kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari pertama perdarahan
haid, selanjutnya setiap pil hari 1 pil selama 21-22 hari. Umumnya setelah 2-3
hari sesudah pil KB/kontrasepsi oral terakhir diminum, akan timbul perdarahan
haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan putus obat. Penggunaan pada siklus
selanjutnya, sama seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada
hari pertama perdarahan haid.
Pil oral kombinasi mempunyai 2 kemasan, yaitu :
a.
Kemasan 28 hari
7 pil (digunakan
selama minggu terakhir pada setiap siklus) tidak mengandung hormon wanita.
Sebagai gantinya adalah zat besi atau zat inert. Pil-pil ini membantu pasien
untuk membiasakan diri minum pil setiap hari.
b.
Kemasan 21 hari
Seluruh pil dalam
kemasan ini mengandung hormon. Interval 7 hari tanpa pil akan menyelesaikan 1
kemasan (mendahului permulaan kemasan baru) pasien mungkin akan mengalami haid
selama 7 hari tersebut tetapi pasien harus memulai siklus pil barunya pada hari
ke-7 setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau tidak.
Jika pasien merasa mungkin hamil, ia harus memeriksakan diri. Jika pasien yakin
ia minum pil dengan benar, pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai jadwal
walaupun haid tidak terjadi.
2. Pil KB atau kontrasepsi oral tipe sekuensial
Pil dibuat seperti urutan hormon yang
dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut,
estrogen hanya diberikan selama 14-16 hari pertama diikuti oleh kombinasi
progestron dan estrogen selama 5-7 hari terakhir. Terdiri dari 14-15 pil
KB/kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi
kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama dengan tipe
kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan
hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil mini
Pil mini kadang-kadang disebut pil masa menyusui. Pil mini yaitu
pil KB yang hanya mengandung progesteron saja dan diminum sehari sekali. Berisi
derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 21-22
pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi. Dosis progestin dalam
pil mini lebih rendah daripada pil kombinasi. Dosis progestin yang digunakan
adalah 0,5 mg atau kurang. Karena dosisnya kecil maka pil mini diminum setiap hari
pada waktu yang sama selama siklus haid bahkan selama haid.
Contoh pil mini, yaitu :
a.
Micrinor, NOR-QD, noriday,
norod menganddung 0,35 mg noretindron.
b.
Microval, noregeston,
microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
c.
Ourette, noegest
mengandung 0,5 mg norgeestrel.
d.
Exluton mengandung 0,5 mg
linestrenol.
e.
Femulen mengandung 0,5 mg
etinodial diassetat
4. Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil pascasanggama (morning
after pill)
Morning after pill merupakan pil yang
mengandung hormon estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan
darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor. Berisi
dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam
pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.
5. Once A Moth Pill
Pil hormon yang mengandung estrogen yang ”long acting” yaitu pil
yang diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang.
Jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah tersedia, namun masih terbatas antara lain.
Jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah tersedia, namun masih terbatas antara lain.
a.
Mifepristone, yaitu alat
kontrasepsi oral harian yang mengandung anti progesteron yang digunakan dalam
uji klinis penelitian.
b.
Ormeloxifene
(centchroman), yaitu alat kontrasepsi oral yang berupa modulator reseptor
estrogen yang digunakan 1-2 kali per minggu dan hanya tersedia di India.
2.5
Keuntungan
a.
Keuntungan pil KB secara
umum
1.
Sangat efektif bila dipakai dengan benar
2.
Tidak mengurangi kenyamanan hubungan
suami istri
3.
Menstruasi (Haid) menjadi teratur, lebih
sedikit dan lebih singkat waktunya, juga mengurangi rasa nyeri haid.
4.
Dapat dipakai selama diinginkan, tidak
harus beristirahat dulu
5.
Dapat dipakai oleh semua wanita usia
reproduktif
6.
Dapat dipakai oleh wanita yang belum
pernah hamil
7.
Dapat dihentikan pemakaiannya dengan
mudah kapan saja
8.
Kesuburan segera kembali setelah
pemakaian pil dihentikan
9.
Dapat dipakai sebagai â€Å“kontrasepsi
emergensiâ€
setelah hubungan suami istri yang
b.
Keuntungan Pil oral
kombinasi
1.
Sangat efektif sebagai
kontrasepsi.
2.
Resiko terhadap kesehatan
sangat baik.
3.
Tidak mengganggu hubungan
seksual.
4.
Mudah digunakan.
5.
Mudah dihentikan setiap
saat.
6.
Mengurangi perdarahan saat
haid.
7.
Mengurangi insidens
gangguan menstruasi.
8.
Mengurangi insidens anemia
defisiensi besi.
9.
Mengurangi insidens kista
ovarium.
10. Mengurangi insidens tumor jinak mammae.
11. Mengurangi karsinoma endometrium.
12. Mengurangi infeksi radang panggul.
13. Mengurangi osteoporosis.
14. Mengurangi rheumatoid artritis.
c.
Keuntungan Pil Mini
1.
Sangat efektif apabila
digunakan secara benar.
2.
Tidak mempengaruhi air
susu ibu.
3.
Nyaman, mudah digunakan.
4.
Tidak mengganggu hubungan
seksual.
2.6
Kerugian
b. Pil oral kombinasi
1.
Mahal
2.
Penggunaan pil harus
diminum setiap hari dan bila lupa minum akan
meningkatkan kegagalan.
3.
Perdarahan bercak dan
“breakthrough bleeding”.
4.
Ada interaksi dengan
beberapa jenis obat (rifampisin, barbiturat, fenitoin, fenilbutason dan antibiotik tertentu).
5.
Tidak mencegah penyakit
menular seksual, HBV, HIV/AIDS.
6.
Efek samping
ringan/jarang, namun dapat berupa amenorea, mual, rasa tidak enak di payudara,
sakit kepala, mengurangi ASI, berat badan meningkat, jerawat, perubahan mood,
pusing, serta retensi cairan, tekanan darah tinggi, komplikasi sirkulasi yang
jarang namun bisa berbahaya khususnya buat perokok.
c. Pil Mini
1.
Mahal.
2.
Menjadi kurang efektif
bila menyusui berrkurang.
3. “Breaktfrough bleeding” perdarahan bercaak, amenorea dan haid
tidak teratur.
4.
Harus diminum setiap hari
(bila lupa minnum maka kemungkinan hamil).
5. Gejala khusus : nyeri kepala, perubahan mood, penambahan atau
penurunan berat badan, payudara menegang, nausea, pusing, dermatitis atau
jerawat,
hiersutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebihan pada daerah muka) sangat jarang.
hiersutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebihan pada daerah muka) sangat jarang.
6. Bagi wanita yang pernah mengalami kehamiilan ektopik, pil mini
tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium di masa depan.
7. Tidak melindungi dari penyakit menular sseksual, HBV, HIV/AIDS.
2.7
Efek Samping
Gejala-gejala
sampingan yang mungkin timbul selama penggunaan pil berupa gejala-gejala
subjektif dan objektif. Gejala-gejala subyektif, yaitu :
a. Mual atau muntah (terutama tiga bulan pertama).
b. Sakit kepala ringan, migraine.
c. Nyeri payudara (rasa sakit/tegang pada buah dada).
d. Tidak ada haid.
e. Sukar untuk tidak lupa.
f. Kemasan baru selalu harus tersedia setelah pil kemasan
sebelumnya habis.
g. Nafsu makan bertambah.
h. Cepat lelah.
i.
Mudah tersinggung,
depresi.
j.
Libido
bertambah/berkurang.
Gejala-gejala obyektif, yaitu :
1. Sedikit meningkatkan berat badan.
2. Tekanan darah meninggi.
3. Gangguan pola perdarahan yaitu menorrhagia, metrorrgia,
spotting, perdarahan diantara masa haid (lebih sering perdarahan bercak),
terutama bila lupa menelan pil atau terlambat menelan pil.
4. Perubahan pada kulit: acne, kulit beminyak, pigmentasi/
chloasma.
5. Keputihan (flour albus).
6. Tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena mengganggu jumlah dan
kualitas Air Susu Ibu (ASI).
7. Tidak dapat dipakai oleh perokok berat, atau wanita dengan
tekanan darah tinggi terutama pada usia > 35 tahun.
Biasanya gejala-gejala sampingan yang timbul merupakan gejala
sampingan yang ringan dan yang sering ditemukan adalah :
a. Mual/muntah
Mual/muntah sering ditemukan pada siklus pertama dan dapat
berulang pad silkus berikutnya. Pada umumnya mual/muntah ini kan menghilang
bila penggunaan pil dteruskan. Bila mual/muntah masih berlangsung terus maka
harus difikirkan tentang kemungkinan kehamilan serta sebab-sebab lainnya. Biloa
sebab-sebab lainnya telah disingkirkan dan mula/muntah berlangsung terus,
sebaiknya diganti dengan cara lain.
b. Pusing, sakit kepala
Kadang-kadang keluhan ini dirasakan oleh karena kecemasan
menggunkan pil kontrasepsi, bahkan keluhan dapat dirasakan pada tablet inaktif
diminum. Hal ini agaknya serupa dengan premenstrual headache. Migraine kemudian
akan menyembuh atau kadang-kadang malah menghebat. Harus difikirkan kemungkinan
thrombosis cerebri bila migraine timbul secra tiba-tiba dan hebat atau nyeri
kepala yang hebat.
c. Nyeri/tegang pada buah dada
Pada siklus pertama buah dada dapat teras nyeri/ tegang tetapi
gejala ini segera menghilang pada siklus berikutnya.
d. Hyperpigmentasi/choasma
Hyperpigmentasi/choasma dapat timbul pada beberapa pemakai pil
kontrasepsi terutama mereka yang berdiam didaerah yang bnayak mendapat sinar
matahari. Hanya dengan mengentikan penggunaan pil kontrasepsi ini, gejala akan
menghilang lambat laun.
e. Kulit berminyak, acne
Acne dapat timbul terutama bila memakai pil kontrasepsi yang
mengandung progestogen yang bersifat androgenik. Dengan mengganti dengan pil
yang mengandung progestogen yang tidak bersifat androgenik akan mengurangi
gejala ini.
f. Keputihan/ fluor albus
Seperti pada kehamilan kemungkinan mendapat infeksi dengan
monilia lebih besar. Ini mungkin disebabkan oleh pengaruh antiestrogenik dari
progestogen yang dipergunakan serta perubahan Ph dan flora vagina. Bila setelah
pengobatan belum sembuh, sebaiknya penggunaan pil kontrasepsi dihentikan dan
diganti dengan cara lain sampai gejala-gejala menghilang.
g. Penambahan berat badan
Dalam beberapa bulan pertama dapat terjadi kenaikan berat badan
sampai kurang lebih 1 kilogram. Ini disebabkan oleh retensi cairan atau akibat
perubahan metabolik yang terjadi. Penambahan berat badab lebih dari 4 kg harus
diawasi dan bila tidak dapat diatur dengan diet, sebaiknya pil dihentikan dan
diganti dengan cara lain.
h. Gangguan dalam pola perdarahan/menstruasi
Pada umumnya jumlah darah yang keluar pada waktu menstruasi akan
berkurang. Kadang-kadang terjadi breakthrough bleeding atau spotting pada waktu
penggnaan pil kontrasepsi. Gejala-gejala ini akan menghilang dengan sendirinya,
tetapi bila masih terdapat, sebaiknya pil diganti dengan yang mengandung
estrogen lebih tinggi. Harus pula disingkirkan kemungkinan-kemungkinan penyebab
lainnya terutama pada akseptor yang telah lama. Amenorrhoe atau missed (silent
menstruation) dapat terjadi pada beberapa kasus. Bila terjadi selama dua siklus
berturut-turut, haruslah diperiksa terhadap kemungkinan adanya kehamilan.
Setelah kehamilan disingkarkan dan ternyata setelah tiga siklus, menstruasi
belum juga terjadi maka sebaiknya pil kontrasepsi dihentikan sampai menstruasi
kembali sperti semula. Smentara ini dianjurkan untuk memakai cara kontrasepsi
yang lian.
Kadang-kadang
terjadi pula amenorrhoe setelah penggunaan pil berhenti atau diikuti pula
dengan galactorrhoe. Pada kasus-kasus demikian fertilitas akan kembali dengan
sendirinya setelah beberapa waktu atau dapat pula diberikan clomiphen citrat.
Bila dengan cara ini masih belum berhasil dapat pula dicoba dengan human
menopausal gonadotrophin.
Pengaruh
pil kontrasepsi terhadap keadaan tubuh lainnya, yaitu :
1.
Metabolisme karbohidrat
Pil dapat menimbulkan GTT yang
abnormal pada kurang lebih 40 % akseptor. Oleh karena itu penderita DM yang
menggunakan pil kontrasepsi harus diawasi dengan baik.
2.
Kelenjar thyroid
Oleh
pengaruh estrogen dalam pil kontrasepsi akan terlihat kenaikan thyroksin
binding globulin dan protein bound iodine.
3.
Kesuburan setelah berhenti
dengan pil kontrasepsi
Pada
beberapa akseptor, ovulasi timbulnya agak terlambat, tetapi pada umumnya tidak
menunjukan terlambatnya ovulasi. Induksi ovulasi dengan clomiphen bila perlu
dapat dicoba.
4.
Pengaruh terhadap
persalinan kemudian
Kelainan
kongenital tidak jelas tampak sebagai akibat penggunaan pil kontrasekpsi sebelum
kehamilan. Bila terjadi kehamilan, pil kontrasepsi harus segera dihentikan.
Pada beberapa penyelidikan dikemukakan kemungkinan terjadinya carcinoma vaginae
pada anak di kemudian hari bila pil terus dimakan dalam keadaan hamil.
5.
Pengaruh terhadap laktasi
Estrogen
akan menghambat laktasi yang sudah berjalan dan memperpendek masa laktasi,
tetapi dengan dosisrendah pengsruh ini dapat dikurangi. Sebaliknya mini pil
yang hanya mengandung progestrogen tidak mempengaruhi laktasi.
6.
Kardiovaskuler
Beberapa
penyelidik terutama dari Amerika dan Inggris melaporkan bahwa thrombophlebitis
disertai atau tidak disertai dengan emboli paru-paru serta thrombosis cerebral
meninggi pada pemakai pil kontrasepsi. Kemungkinan ini lebih besar pada
akseptor dengan umur tua obesitas dan perokok. Dinegara-negara yang sedang
berkembang, kematian oleh kehamilan dan persalinan jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan kematian oleh thromboemboli.
7.
Tumor ganas
Tidak
didapatkan bukti yang nyata bahwa pil kontrasepsi menimbulkan keganasan pada alat-alat
genital. Bila ditemukan keganasan, pil kontrasepsi harus segera dihentikan.
Diduga pil kontrasepsi mengurangi insidens tumor mammae yang jinak. Penagruh
carcinogenik pada Ca mammae belum diketahui dengan jelas. Sebagian, estrogen
meberikan pengaruh yang buruk pada Ca mammae pada masa premenopause, tetapi
pada masa postmenpause malah dapat menimbulkan regresi Ca mammae tersebut.
8.
Icterus
Pil
kontrasepsi hendaknya tidak diberikan pada wanita yang pernah menderita chronic
idiopathic jaundice dan pruritus generalisata yang terjadi berulang-ulang
selama kehamilan. Penderita yang pernah mengalami virus hepatitis sebaiknya
tidak diberikan pil kontrasepsi, kecuali bila faal hepar telah normal kembali.
9.
Hypertensi
Tensi
harus diperiksa sebelum mulai mempergunakan pil kontrasepsi. Hypertensi sendiri
bukan merupakan kontraindikasi absolut, tetapi pengawasan tekanan darah ahrus
dilakukan lebih teliti. Bila tensi naik melebihi 160 mmHg sistolik dan 105 mmHg
diastolik, harus diberikan oengobatan terhadap hypertensinya atau pil
kontrasepsi lain. Gejala hypertensi sering timbul pada wanita yang sebelumnya
pernah mengalami hypertensi selama kehamilan atau terdapat riwayat hypertensi
dalam keluarga.
10.
Depresi
Pada
wanita dapat terjadi perubahan-perubahan perasaannya(mood) selama siklus
menstruasi. Kadang-kadang sekali dapat terjadi suatu episode depresi pada
pemakai pil kontrasepsi. Bila ini terjadi, pil kontrasepsi dapat dihentikan dan
diganti dengan cara kontrasepsi yang lain.
11.
Libido
Kontrasepsi
dengan steroid dapat menambah libido pada wanita. Ini disebabkan pengaruh
steroid tersebut dan hilangnya ketakutan untuk menjadi hamil. Biasanya
frekuensi coitus menurun setelah ovulasi, tetapi dengan pil kontrasepsi
perubahan ini tidak tampak. Kadang-kadang sekali terdapat wanita yang mengeluh
libidonya berkurang dan dalam hal ini sebaiknya pil oral dihentikan
(Sastrawinata, 2000).
2.8
Indikasi
a.
Usia
reproduksi
b.
Telah
memiliki anak atau belum
c.
Gemuk
atau kurus
d.
Ingin
mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi.
e.
Setelah
melahirkan dan tidak menyusui
f.
Pasca
keguguran
g.
Menyusui
ASI pasca persalinan > 6 bulan.
h.
Anemia.
i.
Nyeri
haid hebat.
j.
Haid
teratur.
k.
Riwayat
kehamilan ektopik.
l.
Sering
lupa menggunakan pil kontrasepsi.
Yang di bolehkan untuk memakai Pil KB antara lain :
Secara UMUM, kebanyakan wanita dapat memakai Pil KB sebagai cara kontrasepsi secara aman dan efektif, meskipun mereka :
Secara UMUM, kebanyakan wanita dapat memakai Pil KB sebagai cara kontrasepsi secara aman dan efektif, meskipun mereka :
1.
belum mempunyai anak
2.
remaja
3.
gemuk atau kurus
4.
> 35 tahun ,
tidak merokok
5.
merokok tapi
< 35 tahun
6.
segera setelah keguguran
wanita dalam kondisi dibawah
ini pada umumnya dapat memakai Pil KB :
1.
haidnya banyak dan nyeri
2.
anemi kekurangan zat besi
3.
siklus haid tidak teratur
4.
tumor jinak payudara
5.
diabetes tanpa kelainan pembuluh darah
6.
endometriosis
7.
penyakit radang panggul
8.
penyakit tiroid (kelemjar gondok)
9.
mioma utyeri
10.
TBC (kecuali dalam pengobatan dengan
rifampicin
2.9
Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari
penggunaan berbagai jenis pil KB adalah sebagai berikut :
a.
Kehamilan
b.
Kecurigaan atau adanya
Carcinoma mammae
c.
Adanya neoplasma yang
dipengaruhi oleh estrogen
d.
Menderita penyakit thromboemboli
atau varices yang luas
e.
Faal hepar yang terganggu,
f.
Perdarahan per vagina yang
tidak diketahui sebabnya.
Selain itu, indikasi
untuk memilih pil kontrasepsi dengan dosis estrogen yang lebih tnggi (misalnya
sequential), adalah :
1.
Siklus yang sangat tidak
teratur
2.
Acne,
3.
Depresi premenstruil.
Dalam keadaan lain seperti laktasi dan adanya riwayat keluarga
dengan penyakit thromboemboli, sebaiknya dipilih mini pil (Sastrawinata, 2000).
Kontra indikasi setiap jenis pil berbeda-beda. Kontra indikasi
untuk absolut pil oral kombinasi, yaitu tromboplebitis atau tromboemboli,
sebelumnya dengan tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan serebrovaskuler
atau penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga karsinoma mammae,
diketahui atau diduga karsinoma endometrium, diketahui atau diduga neoplasma
yang tergantung estrogen, perdarahan abnormal genitalia yang tidak diketahui
penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar, diketahui
atau diduga hamil, gangguan fungsi hati, serta tumor hati yang ada sebelum
pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.
Kontra indikasi untuk relatif pil oral kombinasi, yaitu sakit
kepala (migrain), disfungsi jantung atau ginjal, diabetes gestasional atau pre
diabetes, hipertensi, depresi, varices, umur lebih 35 tahun, perokok berat,
fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis selama
kehamilan, hepatitis atau mononukleosis tahun lalu, riwayat keluarga (orang
tua, saudara) yang terkena penyakit rheumatik yang fatal atau tidak fatal atau
menderita DM sebelum usia 50 tahun, serta kolitis ulseratif
Kontra indikasi pil mini, yaitu wanita yang berusia lebih tua
dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, ada riwayat kehamilan
ektopik, diketahui atau dicurigai hamil melalui anamnesis, gejala atau tanda
kehamilan positif, benjolan di payudara atau dicurigai kanker payudara,
gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata), serta ikterus,
penyakit hati aktif atau tumor hati jinak atau ganas (Saifuddin, dkk. 2000).
2.10 Cara Penggunaan
Panduan
cara penggunaan pil KB adalah sebagai berikut
a. Pil Kombinasi
1.
Petunjuk Umum
Panduan penggunaan
pil kombinasi secara umum :
a.
Pil kombinasi sebaiknya
diminum setiap hari pada saat yang sama.
b.
Pil yang pertama dimulai
pada hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.
c.
Penggunaan pil kombinasi
dianjurkan diminum pada hari pertama haid.
d.
Pada kemasan 28 pil,
dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari yang ada pada kemasan.
e.
Bila kemasan 28 pil habis,
sebaiknya mulai minum pil dari kemasan yang baru.
f.
Bila kemasan 21 pil habis,
tunggu 1 minggu kemudian mulai minum pil dari kemasan yang baru.
g.
Minum pil yang lain,
apabila terjadi muntah dalam waktu 2 jam setelah meminumnya.
h.
Penggunaan pil kombinasi dapat
diteruskan, apabila tidak memperburuk keadaan saat terjadi muntah hebat atau
diare lebih dari 24 jam.
i.
Penggunaan pil apabila
terjadi muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih sama dengan
aturan minum pil lupa.
j.
Tes kehamilan dilakukan
apabila tidak haid.
2.
Aturan Pil Lupa
Apabila lupa minum 1 pil (hari 1-21), maka setelah ingat segera
minum 2 pil pada hari yang sama (tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi
lain). Apabila lupa minum 2 pil (hari 1-21), sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai
jadual yang ditetapkan (sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi lain atau
tidak melakukan hubungan seksual sampai pil habis).
3.
Petunjuk Untuk Pasien Post
Partum yang Tidak Menyusui
Pil kombinasi diminum setelah 3 minggu post partum. Jika sudah 6
minggu post partum dan sudah melakukan hubungan seksual, sebaiknya menunggu
haid dan gunakan metode barier.
4.
Petunjuk Untuk Pasien Post
Partum yang Menyusui
Petunjuk untuk pasien post partum yang menyusui sama dengan
petunjuk umum dan aturan pil lupa. Sebelum menggunakan pil kombinasi, berikan
konseling dan KIE pada pasien tentang berbagai metode kontrasepsi.
b. Pil Sequential
Pil ini dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun
pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan
selama 14–16 hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama
5–7 hari terakhir.
c. Mini Pil atau Pil Progestin
1.
Waktu Mulai Menggunakan
Mini Pil atau Pil Progestin
Mini pil mulai dapat digunakan pada hari pertama sampai hari ke
lima pada siklus haid (tidak memerlukan metode kontrasepsi lain) apabila:
1)
Lebih dari 6 minggu pasca
persalinan dan pasien telah mendapat haid.
2)
Pasien sebelumnya
menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin ganti dengan mini pil.
3)
Pasien sebelumnya
menggunakan AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormon).
Mini pil mulai dapat digunakan setiap saat apabila :
1)
Diduga tidak terjadi
kehamilan.
2)
Pasien mengalami amenorea
(tidak haid) dan dipastikan tidak hamil (sebaiknya jangan melakukan hubungan
seksual selama 2 hari atau gunakan kontrasepsi lain untuk 2 hari).
3)
Menyusui antara 6 minggu
dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid (bila menyusui penuh, tidak
memerlukan kontrasepsi tambahan).
Selain itu, mini pil dapat digunakan saat :
1)
Bila sebelumnya pasien
menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin ganti dengan mini pil. Pil
dapat segera diberikan dan tidak perlu menunggu haid berikutnya, apabila
penggunaan kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar dan tidak hamil.
2)
Bila sebelumnya pasien
menggunakan kontrasepsi suntikan dan ingin ganti mini pil. Pil dapat diberikan
pada jadual suntikan berikutnya dan tidak memerlukan metode kontrasepsi
tambahan lain.
2.
Cara Minum Mini Pil atau
Pil Progestin
Di bawah ini
merupakan petunjuk minum pil progestin atau mini pil, yaitu:
a. Mini pil diminum setiap hari pada saat yang sama sampai habis.
b. Pil pertama sebaiknya diminum pada saat hari pertama siklus
haid.
c. Metode barier digunakan pada hari ke tujuh atau 4-6 minggu post
partum
walaupun
haid belum kembali.
d. Pada pasien 9 bulan post partum sebaiknya beralih menggunakan
pil kombinasi karena efektifitas mini pil mulai menurun.
e. Bila pasien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,
minum pil yang lain atau gunakan metode kontrasepsi lain jika akan melakukan
hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.
f. Meskipun pasien belum haid, mulai paket baru sehari setelah
paket terakhir habis.
g. Bila pasien mendapat haid teratur setiap bulan dan kehilangan 1
siklus (tidak haid), atau merasa hamil,
maka lakukan tes kehamilan.
h. Apabila pasien mengalami spotting atau perdarahan selama masa
interval, tetap minum pil sesuai jadual (perdarahan biasa terjadi selama
bulan-bulan pertama).
i.
Apabila pasien mengalami
kram, nyeri perut hebat atau demam maka segera periksa ke pelayanan kesehatan.
j.
Sarankan pada pasien untuk
menggunakan kondom ataupun spermisida selain memakai mini pil apabila
kemungkinan terinfeksi penyakit menular seksual (termasuk HBV dan HIV/AIDS)
atau lupa minum pil.
3.
Aturan Pil Lupa
Cara
minum pil-pil yang terlupa selama 7 hari pertama antara lain:
a. Bila lupa minum pil atau terlambat minum pil, segera minum pil
saat ingat dan gunakan metode barier selama 48 jam.
b. Bila pasien lupa minum 1 atau 2 pil, segera minum pil yang
terlupa dan gunakan metode barier sampai akhir bulan.
4.
Hal yang Perlu Disampaikan
pada Pasien
Informasi yang perlu
disampaikan pada pasien antara lain:
a. Penggunaan mini pil akan merubah pola haid terutama 2 atau 3
bulan pertama. Pada umumnya perubahan pola haid ini hanya bersifat sementara
dan tidak mengganggu kesehatan.
b. Penggunaan mini pil akan menimbulkan efek samping seperti mual,
pusing, ataupun nyeri payudara.
c. Efektifitas penggunaan mini pil akan berkurang, bila pasien mengkonsumsi
obat-obatan tuberkulosis ataupun epilepsi.
d. Bila beberapa bulan mengalami haid teratur kemudian terlambat
haid, kemungkinan terjadi kehamilan.
e. Bila mengeluh perdarahan bercak disertai nyeri hebat pada perut,
kemungkinan terjadi kehamilan ektopik.
f. Masalah penglihatan kabur, nyeri kepala hebat, kemungkinan
terjadi hipertensi atau masalah vaskuler.
g. Segera ke pelayanan kesehatan apabila menjumpai masalah-masalah
di atas.
2.11
Gambar
a.
Diane 35, Code : JJ3
d. Pil
Andalan
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
a.
Pil KB adalah alat
kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah konsepsi yang digunakan dengan cara
per-oral atau kontrasepsi.
b. Jenis-jenis dari pil KB ada 5, yaitu pil kombinasi atau
combination oral contraceptive pill, mini pill, pil sekuenseal, once a month
pill, dan morning after pill.
c. Penggunaan pil KB jenis pil oral kombinasi
Kerugian atau kelemahan :
e.
Mahal
f.
Penggunaan pil harus
diminum setiap hari
g.
Perdarahan bercak dan
“breakthrough bleeding”.
h.
Ada interaksi dengan
beberapa jenis obat (rifampisin, barbiturat, fenitoin,
fenilbutason dan
antibiotik tertentu).
i.
Tidak mencegah penyakit
menular seksual, HBV, HIV/AIDS.
Keuntungan atau Kelebihan:
a.
Sangat efektif sebagai
kontrasepsi.
b.
Resiko terhadap kesehatan
sangat baik.
c.
Tidak mengganggu hubungan
seksual.
d.
Mudah digunakan.
e.
Mudah dihentikan setiap
saat.
DAFTAR
PUSTAKA
Affandi B.
(1993). Early experience with Implanon.
VIIIth World Congress on Human
Reproduction. Bali.
BKKBN
: (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta
Biro Pelayanan
Kontrasepsi BKKBN (1985). Petunjuk
Pelayanan Medis Pelayanan Kontrasepsi di Lapangan, Jakarta.
Prawirohardjo,
S., Hanifa, W. (2007). Ilmu kebidanan.
Edisi 3, hal. 905. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Saifuddin, Abdul
Bari (2006). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, edisi 2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
Sastrawinata RS
(1985). Teknologi KB Masa
Kini dan Masa Depan. Lokakarya Sukabumi.