Sabtu, 01 Juni 2013

ASKEP PRE EKLAMSI



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Di Indonesia Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia.PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan.PEditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif.Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia uteroplacentol.
Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak.Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi.Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara.Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :


1.1.1        Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
1.1.2        Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.
1.1.3        Penyakit ginjal.

1.2  Tujuan
1.2.1  Tujuan Umum
Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya pre-eklampsia pada saat kehamilan
1.2.2  Tujuan Khusus
1.      Mengukur besar risiko faktor umur ibu hamil terhadap terjadinya preeklampsia berat
2.      Mengukur besar risiko paritas terhadap terjadinya preeklampsia berat.
3.      Mengukur besar risiko jarak kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia berat
4.      Mengukur besar risiko kehamilan ganda terhadap terjadinya preeklampsia berat.

1.3  Manfaat
1.3.1    Manfaat Praktis
1.      Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program, serta sebagai salah satu persyaratan dalam untuk memenuhi penugasan kami.
2.      Manfaat Ilmiah
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi perawat, maupun tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan preeclampsia.


3.      Manfaat Institusi
Sebagai acuan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan institusi dan penulisan asuhan keperawatan pada preeklamsia
4.      Manfaat bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan, khususnya pada kasus preeclampsia.



BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Konsep Dasar Teori
2.1.1  Definisi
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2006).  

2.1.2  Anatomi Fisiologi
Perubahan Fisiologi Wanita Hamil
Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin, perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu selama masa nifas. (Salmah dkk, 2006, hal.47)
1.      Uterus
4
 
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89)
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :
1)      Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba
2)      Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek fundus uteri berada di belakang simfisis.
3)      Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri 1-2 jari di atas simfisis pubis.
4)      Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis dengan pusat.
5)      Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat.
6)      Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.
7)      Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.
8)      Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan prosessus xypoideus.
9)      Kehamilan 36-38  minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosessus xypoideus.
10)  Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di bawah prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91 dan Mandriwati, G. A. 2008. Hal. 90).
2.      Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini disebut tanda Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
3.      Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Namun akan mengecil setelah plasenta terbentuk, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal .95)
4.      Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam karena hiperpigmentasi. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
5.      Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi kira-kira 30%. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96).
6.      Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh rasa sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96)
7.      Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus juga menurun.Pada bulan-bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai gejala muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning sickness dan bila terlampau sering dan banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
8.      Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada akhir kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun memasuki Pintu Atas Panggul. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
9.      Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh hormon Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Namun Pada kulit perut dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang disebut striae livide. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
10.  Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga 15-20 %.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan pada kehamilan trimester akhir.Protein yang diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB perhari untuk perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk janin, serta disimpan pula untuk laktasi nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang terutama pada trimester ketiga.Dengan demikian makanan ibu hamil harus mengandung kalsium, paling tidak 1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk keperluan janin sehingga janin tidak akan mengganggu kalsium ibu. Wanita hamil juga memerlukan tambahan zat besi sebanyak 800 mg untuk pembentukan haemoglobin dalam darah sebagai persiapan agar tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 98)
11.  Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat badan adalah 4 kg dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir) jadi totalnya 12,5 kg. (Salmah, Hajjah.2006. Hal.60-61)

2.1.3  Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus  ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui,
1.      Vasospasmus menyebabkan :
a.       Hypertensi
b.      Pada otak (sakit kepala, kejang)
c.       Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
d.      Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
e.       Pada hati (icterus)
f.       Pada retina (amourose)
2.      Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
a.       Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa
b.      Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
c.       Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
d.      Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
3.      Factor Perdisposisi Preeklamsi
a.       Molahidatidosa
b.      Diabetes melitus
c.       Kehamilan ganda
d.      Hidrocepalus
e.       Obesitas
f.       Umur yang lebih dari 35 tahun

2.1.4  Klasifikasi
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
1.Preeklamsi Ringan :
a.       Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
b.      Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
c.       Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine kateter atau midstream.
2.Preeklamsi Berat
a.       TD 160/110 mmHg atau lebih
b.      Proteinuria 5gr atau lebih perliter
c.       Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
d.      Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium
e.       Terdapat edema paru dan sianosis

2.1.5  Manifestasi Klinis
1.      penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.
2.      Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
3.      Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
a.       TD > 140/90 mmHg atau
b.      Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
c.       Diastolik>15 mmHg
d.      tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai preeklamsi
4.      Proteinuria
a.       Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kuwalitatif  +1 /  +2.
b.      Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

2.1.6  Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.


2.1.7  Pathway


2.1.8  Pemeriksaan Penunjang
1.      Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
2.      USG : untuk mengetahui keadaan janin
3.      NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2.1.9  Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.

2.1.10     Penatalaksanaan
1.      Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
a.       Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b.      Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c.       Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
d.      Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.


2.      Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
a.       Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
b.      Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
c.       Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari)
d.      Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
e.       Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
f.       Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
g.      Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
h.      Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
i.        Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
j.        Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
k.      Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
l.        Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.


3.      Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.  Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiotokografi.
a.       Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini.
1)      Ada tanda-tanda impending eklampsia
2)      Ada hellp syndrome
3)      Ada kegagalan penanganan konservatif
4)      Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr         
5)      Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi – atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.
b.      Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. jangan lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung terminasi.
menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).
2.2  Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1  Pengkajian
1.      Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis kelamin,
a.       Riwayat Kesehatan
1)      keluhan Utama : biasanya  klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala,
2)      Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3)      Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
4)      Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5)      Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
6)      Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b.      Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
c.       Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi
d.      Pola aktivitas sehari-hari
1)      Aktivitas
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2)      Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
3)      Abdomen
Gejala :
Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak  ( - ) Palpasi :
(1)   Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler
(2)   Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah kanan.
(3)   Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir
(4)   Leopold IV : biasanya pada  bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
Auskultasi :
biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular


4)      Eliminasi
Gejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
5)      Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah
Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
6)      Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas.
7)      Neurosensori
Gejala :biasanya terjadi hipertensi
Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma
8)      Nyeri / kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda :biasanya klien gelisah,
9)      Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
10)  Keamanan
Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
11)  Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus

e.       Pemeriksaan Fisik
1)      Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
2)      Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3)      Pemeriksaan Fisik (Persistem)
a)      Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas,  krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
b)      Sistem cardiovaskuler
(1)   Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
(2)   Palpasi  :
Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,
Nadi       : biasanyanadi meningkat atau menurun
Leher      : apakah ada bendungan atau tidak  pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
(3)   Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.
c)      System reproduksi
(1)   Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.
(2)   Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
(3)   Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
d)     Sistem integument perkemihan
(1)   Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
(2)   Oliguria
(3)   Proteinuria
e)      Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
f)       Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
f.       Pengelompokan Data
1)      Data Subyektif
a)      Biasanya ibu mengeluh Panas
b)      Biasanya  ibu mengeluh sakit kepala
c)      biasanya ibu mengeluh nyeri kepala
d)     biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
e)      biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
f)       Biasanya mengeluh nyeri
g)      skala nyeri (2-4)
h)      klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan
i)        klien biasanya  sering mual muntah
j)        klien biasanya sering bertanya
k)      klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan
2)      Data Obyektif
a)      Biasanya teraba panas
b)      Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
c)      Biasanya ibu tampak kejang
d)     Biasanya ibu tampak lemah
e)      Biasanya penglihatan ibu kabur
f)       biasanya klien tampak cemas
g)      Biasanya klien tampak gelisah
h)      Biasanya klien tampak kurus,
i)        biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis.
j)        Tonus otot perut tampa tegang
k)      Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
l)        Biasanya tamapa cemas
m)    Biasanya DJJ bayi cepat >160
n)      Bisanya ibu tampak meringis kesakitan
o)      biasanya ibu tampak cemas
p)      Bianyasa skala nyeri  4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5)
q)      aktivitas janin menurun
r)       DJJ meningkat >160


2.2.2  Diagnosa
1.      Analisa Data
No
symptom
Etiologi
Problem
1.    
DS :
-          Biasanya ibu mengeluh Panas
-          Biasanya  ibu mengeluh sakit kepala
DO :
-          Biasanya teraba panas
-          Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
-          Biasanya ibu tampak kejang
-          Biasanya ibu tampak lemah
-          Biasanya penglihatan ibu kabur
proses cardiac output menurun
 

Merangsang medulla oblongata & system syaraf

penurunan fungsi organ
 

Vaso spasme dan peningkatan tekanan darah


 
perubahan perfusi jaringan

Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu

2.    
DS :
-          biasanya ibu mengeluh nyeri kepala
-          biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
DO :
-          Bisanya ibu tampak meringis kesakitan
-          biasanya ibu tampak cemas
-          Bianyasa skala nyeri  4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5)
-    aktivitas janin menurun
Vaso Spasme pada pembuluh darah

proses cardiac output menurun
 

Merangsang medulla oblongata & system syaraf

Kompresi saraf simpatis gangguan irama jantung
 

aliran tumbulensi emboli
kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir

kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
Gangguan rasa nyaman nyeri 

No
Symptom
Etiologi
Problem
3.       
DS :
-          biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
-          Biasanya mengeluh nyeri
-          skala nyeri (2-4)
DO :
-          Tonus otot perut tampa tegang
-          Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
-          Biasanya tamapa cemas
-          Biasanya DJJ bayi cepat >160


Proses perpindahan cairan karena perbedaan tekanan

perubahan pada plasenta


Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin
4.    
DS:
-          klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan
-          klien biasanya  sering mual muntah
DO :

-          Biasanya klien tampak kurus,
-          biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis.
-          BB menurun
HCL meningkat


 


peristaltik turun


 


Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4.       
DS :
-          klien biasanya sering bertanya
-          klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan
Symptom
 

DO :
-           biasanya klien tampak cemas
-          Biasanya klien tampak gelisah

kurangpengetahuan &informasi

koping tidak efektif
terhadap proses persalinan


 
gangguan psikologis
Etiologi
Ansietas




Problem



2.2.2     Rumusan Diagnosa
a.       Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan proses cardiac output menurun, merangsang medulla oblongata dan system syaraf, penurunan fungsi organ, vaso spasme dan peningkatan tekanan darah, perubahan perfusi jaringan.
b.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan Vaso Spasme pada pembuluh darah, proses cardiac output menurun, merangsang medulla oblongata dan system syaraf, Kompresi saraf simpatis gangguan irama jantung, aliran tumbulensi emboli kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir, kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir di tandai dengan biasanya ibu mengeluh nyeri kepala, biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin, Bisanya ibu tampak meringis kesakitan, biasanya ibu tampak cemas, Bianyasa skala nyeri  4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5), aktivitas janin menurun, DJJ meningkat >160
c.       Resiko tinggi terjadinya foetal proses perpindahan cairan karena perbedaan tekanan, perubahan pada plasenta.
d.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan HCL meningkat peristaltic turun Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi di tandai dengan klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan, klien biasanya  sering mual muntah, Biasanya klien tampak kurus, biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis, BB menurun.
e.       Ansietas berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan di tandai dengan klien biasanya sering bertanya, klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan, biasanya klien tampak cemas, Biasanya klien tampak gelisah

2.2.3     Intervensi / Perencanaan
1.      Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ ( vasospasme  dan peningkatan tekanan darah
Tujuan
Tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil
a.       Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
b.      Tanda-tanda vital :
c.       Tekanan Darah         : 100-120/70-80 mmHg,          Suhu: 36-37 C, Nadi : 60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt.

Intervensi
Rasional
1.      Monitor tekanan darah tiap 4 jam


2.      Catat tingkat kesadaran pasien


3.      Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
4.      Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
5.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
1.   Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH
2.   Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3.   Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada  otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4.   Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan.
5.   Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang



2.       Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta
Tujuan
Tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.      Monitor DJJ sesuai indikasi


2.      Kaji tentang pertumbuhan janin


3.      Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,  perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )

4.      Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM

5.      Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
1.   Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta
2.   Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR
3.   Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
4.   Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
6.   Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang
7.   USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

3.      Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
Tujuan
Tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya
Kriteria Hasil
a.       Ibu mengerti penyebab nyerinya
b.      Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat intensitas nyeri pasien



2.      Jelaskan penyebab nyerinya

3.      Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul


4.      Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri

1.      Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya.
2.      Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3.      Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4.      untuk mengalihkan perhatian pasien


4.       Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi.
Tujuan
nafsu makan meningkat atu normal
Kriteria hasil
a.       BB meningkat atau normal
b.      tidal ada tanda-tanda mal nutrisi
c.       kekuatan menggenggan

Intervensi
Rasional
1.      Kaji adanya alergi makanan

2.      Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

3.       Berikan substansi gula

4.       Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5.      Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
1.      Untuk mengetahui apakah pasien ada alergi makanan
2.      intake fe dapat meningkatkan kekuatan tulang
3.      substansi gula dapat meningkatkan energi pasien
4.      Untuk memenuhi status gizi pasien


5.      Catatan harian makanan dapat mengetahui asupan nutrisi pasien


5.      Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
a.       Ibu tampak tenang
b.      Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
c.       Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi
Rasional
1.       tingkat kecemasan ibu



2.      Jelaskan mekanisme proses persalinan


3.      gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif


4.      Beri support system pada ibu

1.       Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2.      Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptive.
3.      Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
4.      ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati


2.2.4     Implementasi
Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya diterapkan dalam bentuk tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi., penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada waktu dan situasi yang tepat.Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi dan didokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar, 1995: 64)


Ada 3 fase dalam melaksanakan implementasi keperawatan, yaitu:
a.          Fase persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana, pengetahuan dan keterampilan. Mengimplementasikan rencana, persiapan dan lingkungan.
b.         Fase operasional
Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. pada fase ini, implementasi dapat dilakukan secara independen, dependent dan interdependent. Selanjutnya perawat akan melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi klien terhadap fisik, psikologis, sosial dan spritual.
c.          Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.

2.2.5     Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan physical abuse antara lain :
1.      Anak mengenali perlunya atau mencari perlindungan untuk mencegah dan mengatasi physical abuse.
2.      Keluarga berpartisipasi sebagai fungsi modal peran sebagai orang tua yang positif dan efektif.
3.      Keluarga mampu menjaga situasi yang dapat menimbulkan stress.
4.      Keluarga dan anak mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah.

BAB 3
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Preeklampsia adalah merupakan hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Preeklampsia adalah penyakit yang disebabkan oleh tekanan darah  toksemia  tinggiyang terkait dengan kondisi diawal kehamilan.
Preeklampsia adalah penyakit multisistem, yang bisa melibatkan otak, hati, ginjal, dan plasenta.Komplikasi-komplikasi maternal mencakup eklampsia, stroke, gagal hati dan gagal ginjal, dan koagulopati.

3.2  Saran
Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang pre eklamsia oleh tim medis dan para medis kepada masyarakat banyak, khusus nya yang ada di daerah terpencil agar masyarakat lebih cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala dari pre eklamsi terutama pada ibu-ibu,agar dapat di atasi dengan cepat.



32
 

 
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC

Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC

Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta : Media Aesculapius

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP

Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP

Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190:
117 – 8

Sofoewan S.(2007). Preeklampsia – Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia, patogen. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan esis, dan kemungkinan pencegahannya. MOGI, 27; 141 – 151.

Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC. Jakarta.

Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum MaternalPreeklampsia Berat dengan Kehamilan Normal. Tesis Bagian Obgyn FK USU : RSUP Haji Adam Malik