Senin, 03 Juni 2013

LuVh U MuM :)

"Sebuah cinta yang tak terbatas
Memberi kasih sayang,
yang masanya tak pernah lekang...
Menebar aura kebahagiaan,
yang usianya tak terjangkau...
Suasanapun disyahdukan,
dengan pesona sebuah senyuman...
Sentuhan penuh kelembutan,
membimbing sifat keluguan. 
Mengajarkanku sebuah arti
Agar aku dapat terbang
Bebas...
Karena hadirmu,
aku BERMAKNA..."
Dengan basmallah kumulai sapaan penuh cinta,,
Dengan salam kumulai menulis dengan penuh kasih sayang,,,
Assalamu'alaikum sobaaat, assalamualaikum malaikat duniaku...
Apa kabarmu hari ini? semoga senantiasa dalam keadaan istiqomah di jalan-Nya...
Saat itu Rabb-ku mengabarkan, Dia katakan aku akan dilahirkan ke dunia, dengan perasaan bingung bercampur sedih, aku bertanya banyak hal pada-Nya. "Tuhan, jika aku kesepian, siapa yang akan menemaniku?" Rabb-ku menjawab, "malaikatmu akan setia menemanimu." kembali aku bertanya, "Tuhan, apakah di dunia nanti aku masih mengingat-Mu?" Rabb-ku menjawab, "malaikatmu akan memperkenalkanmu tentantang diriku." aku masih ingin bertanya, "Tuhanku, bangaimana jika aku merindukanmu?" Rabb-ku masih setia menjawab, "malaikatmu akan mengajarkanmu cara berkomunikasi denganku." masih belum puas aku bertanya lagi, "Tuhanku, katanya di bumi ada orang jahat, siapa yang akan melindungiku?" dengan sabar Rabb-ku menjawab, "malaikatmu akan melindungimu walaupun nyawa taruhannya." dengan penuh rasa penasaran aku bertanya, "Tuhanku, siapakah malaikatku itu?" sambil tersenyum Rabb-ku menjawab, "malaikatmu adalah seseorang yang hatinya lembut, seseorang yang tangguh dan kuat menerjang badai kehidupan, seseorang yang penuh rasa cinta dan kasih sayang."
Sampai aku terlahir di dunia, akhirnya aku mengetahui, bahwa malaikat itu ternyata... dirimu...
Malaikat duniaku...
  19 tahun sudah aku tempuh. Dihiasi dengan suka dan dukanya kehidupan. Bersama-sama berbagi kebahagiaan, bersama-sama melewati kepiluan. Menjadikanku sebagai wanita tangguh dengan banyak tempaan darimu. Menjadikanku sebagai seorang yang penuh kasih sayang, menjadikanku serupa dengan dirimu. Mengajarkanku dengan kelembutan, hingga menumbuhkan sosok kedewasaan dalam diriku. Mengarahkanku untuk mandiri, supaya dapat bertahan walaupun sendiri. Memberitahu cara bersikap, agar terbentuk pribadi yang cakap. Memujiku sebagai anak yang sholehah, motivasi tuk berbakti.
Malaikat duniaku...
Kukeluhkan masalah pertemanan, kesensitivan remaja dengan cinta, prestasi yang tak dapat kuraih, atau kegalauan hati dalam memilih. Setelah memberikan solusi, dengan tenang dan penuh perhatian kau tambahkan, "nak, itulah realitas kehidupan. Ada kebahagiaan yang diselingi kesedihan, atau jatuh bangun menuju kesusesan. Nikmati prosesnya, dan kaupun dapatkan hasil yang akan kau hargai."
Malaikat duniaku...
Sering kau ungkit agar aku jangan mementingkan hasil, tapi maksimalkan usaha agar aku mendapatkan hasil yang aku inginkan, setelah kau katakan itu, kau tambahkan kembali, "nak, Allah melihat usaha, bukan hasil. Maka dari itu, hargai proses yang kau jalani, tetap istiqomah dan ikhtiar, untuk menyongsong kesuksesan masa depan..."
Sunnguh! berusaha aku mengindahkan nasihatmu, tapi maklumilah diriku, karena aku hanyalah seorang anak yang selalu ingin membuat orang tuanya bangga dan bahagia, balas budi yang kuyakin tak kan pernah lunas kubalas...
Malaikat duniaku...
Karena hadirmu...
Akupun bermakna...

WidhaWidhari
Salam cinta & peluk hangat, Anakmu... missing u always :)

widha

Minggu, 02 Juni 2013

ASKEP CHILD ABUSE



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Anak-anak memiliki kebutuhan yang harus dipuaskan agar dapat tumbuh secara normal bahkan sejak mereka masih bayi. Kebutuhankebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik sampai psikologis yang pada umumnya dipenuhi oleh care giver (orang tua, kakek/nenek, pengasuh, atau orang dewasa yang bertanggung jawab atas pengasuhan dan kesejahteraan anak). Dengan demikian, anak akan merasakan pengalaman cinta yang murni dan disiplin yang sehat. Kondisi tersebut memberikan mereka perasaan aman dan puas sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan real self mereka. (Horney, Feist, 2002).
Orang tua, sebagai caregiver utama, memiliki kontribusi yang sangat besar dalam memberikan cinta dan perhatian pada anak untuk mendukung perkembangan anak sehingga menjadi orang dewasa yang kompeten. Memang, kebanyakan orang tua mencintai dan memelihara anak-anak mereka dengan baik, namun pada kenyataannya, beberapa orang tua tidak mampu atau tidak mau peduli dan ada pula yang dengan sengaja menyakiti atau membunuh anak-anak mereka. (Papalia, 2004).
Bahkan, ada juga orang tua yang mengaku menyayangi anaknya namun tetap tega menyakiti anak atas nama disiplin dan kasih sayang. (Santrock, 2000).

2.      Tujuan penelitian
2.1       Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan  pada klien dengan gangguan Child Abuse
2.2       Tujuan khusus
2.2.1        Mahasiswa mampu pengkajian keperawatan pada kasus child abuse.
2.2.2        Mahasiswa mampu melakukan diagnose keperawatan
2.2.3        Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi keperawatan
2.2.4         

3.       Manfaat
3.1  Manfaat Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tentang child abuse dan patofisiologinya serta dapat memperkaya khasanah kajian psikologi klinis khususnya pada pembahasan Child abuse yang terjadi pada anak-anak yang pernah mengalami penganiayaan.
3.2  Manfaat Bagi Masyarakat
Dapat memberikan wawasan baru dan masukan kepada masyarakat tentang  anak yang pernah mengalami child abuse mengenai manfaat forgiveness sebagai suatu media penyembuhan, memberikan informasi dan wawasan baru bagi orang tuan dan calon orang tua mengenai dampak pengasuhan bagi perkembangan jiwa anak.
3.3  Maamfaat Bagi Instistusi
Sebagai bahan bagi pembaca dan pihak-pihak yang berhubungan dengan penanganan child abuse. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
3.4  Mamfaat Bagi Keluarga





BAB II
PEMBAHASAN

1.      KONSEP DASAR TEORI
1.1      Definisi
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras, yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian suatu badan dan menghasilkan pelayanan yang melindungi anak tersebut.
Child abuse dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium awal dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya / pengasuh.
Child abuse adalah setiap tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi.Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi
Child abuse yaitu trauma fisik atau mental, penganiayaan seksual, kelalaian pengobatan terhadap anak di bawah usia 18 tahun oleh orang yang seharusnya memberikan kesejahteraan baginya. (Hukum masyarakat Amerika Serikat mendefinisikan, 1974)

1.2      Etiologi
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor penting yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu:
a.                 Karakteristik orangtua dan keluarga
Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse antara lain:
1.      Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak.
2.      Orangtua yang agresif dan impulsif.
3.      Keluarga dengan hanya satu orangtua.
4.      Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara emosional dan ekonomi.
5.      Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan.
6.      Tidak mempunyai pekerjaan.
7.      Jumlah anak yang banyak.
8.      Adanya konflik dengan hukum.
9.      Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
10.  Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
11.  Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat dukungan dari sanak keluarga serta kawan-kawan.
b.                 Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan salah adalah:
1.      Anak yang tidak diinginkan.
2.      Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi neonatal, berakibat adanya keterikatan bayi dan orangtua yang membutuhkan perawatan yang berkepanjangan.
3.      Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu.
4.      Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.
5.      Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif mungkin terlihat nakal.
6.      Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena orangtua bekerja.
c.                 Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban terhadap perawatan anak.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak dilakukan oleh orang tua dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan social ekonomi. Kelompok masyarakat yang hidup dalam kemiskinan meningkatkan laporan  penyiksaan fisik terhadap anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan karena:
1.      Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja atau hidup yang berdesakan).
2.      Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis.
3.      Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
4.      Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan orang tua tunggal (single parent).


1.3      Pathaway
Beban dari keluarga
Karakteristik orang tua dan keluarga
Hidup dalam kemiskinan  pemeriksaan fisik trhdp anak
Tidak mempunyai pekerjaan, adanya konflik dgn hukum
-    Anak yg tidak di inginkan
-    Anak yg lahir premature
-    Anak yg retradasi mental
Child Abuse
Orang Tua agresif
Anak yang tidak di inginkan

Ggg pemberian asuhan dan lingkungan
Kekerasan fisik, kekerasan orang tua
Pembentukan organ yg kurang sempurna
Ggg karakteristik anak
Ggg pendengaran dan hiperekstensibilitas sendi
Ggg karakteristik pd anak
Ansietas
Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/anak/bayi

Resiko Trauma

Resiko Cedera
MRS
Sumber Modifikasi : Betz, Cicilia. (2002), Budi Keliat, Anna. (1998), Gordon,et all. (2002).
 


























1.4      Klasifikasi
Perlakuan salah pada anak, menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Penganiayaan fisik
Kekerasan ringan atau berat berupa trauma, atau penganiayaan yang dapat menimbulkan risiko kematian.Yang termasuk dalam katagori ini meliputi memar, perdarahan internal, perdarahan subkutan, fraktur, trauma kepala, luka tikam dan luka bakar, keracunan, serta penganiayaan fisik bersifat ritual.
b.       Penganiayaan seksual
Penganiayaan seksual dapat berupa inces (penganiayaan seksual oleh orang yang masih mempunyai hubungan keluarga), hubungan orogenital, pornografi, prostitusi, ekploitas, dan penganiayaan seksual yang bersifat ritual.
c.       Penganiayaan psikologis
Yang termasuk dalam kategori ini meliputi  trauma psikologik yang dapat menganggu kehidupan sehari-hari seperti ketakutan, ansietas, depresi, isolasi, tidak adanya respons dan agresi yang kuat.
d.      Pengetahuan
Pengabaian disengaja, tetapi dapat juga karena ketidaktahuan atupun akibat kesulitan ekonomi. Yang termasuk dalam kategori ini meliputi:
1.      Pengabaian  nutrisi atau dengan sengaja kurang memberikan makanan, paling sering dilakukan pada bayi  yang berat badan rendah. Gagal tumbuh, yaitu suatu kegagalan dalam pemenuhan masukan kalori serta kebutuhan emosi anak yang cukup.
2.      Pengabaian medis bagi anak penderita suatu penyakit akut atau kronik sehingga mengakibatkan memburuknya keadaan, bahkan kematian.
3.      Pengabaian pendidikan anak setelah mencapai usia sekolah, dengan tidak menyekolahkannya.
4.      Pengabaian emosional, dimana orangtua kurang perhatian terhadap anaknya.
5.      Pengabagian keamanan anak. Anak kurang pengawasan sehingga menyebabkan anak mengalami risiko tinggi terhadap fisik dan jiwanya.
e.       Sindroma munchausen
Sindroma munchausen merupakan permintaan pengobatan terhadap penyakit yang dibuat dengan pemberian keterangan medis palsu oleh orang tua, yang menyebabkan anak banyak  mendapat pemeriksaan/prosedur rumah sakit. 
f.        Penganiayaan emosional
Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain

1.5      Manifestasi Klinis
Anak- anak yang menjadi korban child abuse rata-rata perkembangan psikologis mengalami gangguan.Mereka terlihat murung, tertutup, jarang beradaptasi dan bersosialisasi, kurang konsentrasi, dan prestasi akademik menurun.Studi lain menemukan bahwa anak-anak usia di bawah 25 bulan yang menjadi korban child abuse, skor perkembangan kognitifnya lemah. Hal ini ditandai oleh empat perbedaan perilaku dan perkembangan anak, yakni perbuatan kognitif, penyesuaian fungsi-fungsi di sekolah, perilaku di ruang kelas.Dan perilaku di rumah.
Anak yang berulang kali mengalami jelas pada susunan saraf pusatnya dapat mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental, kejang-kejang hidrosefalus, atau ataksia. Selanjutnya, keluarga-keluarga yang tidak mendapat pengobatan serta perawatan yang memadai cenderung akan menghasilkan anak remaja yang nakal dan menjadi penganiaya anak sendiri pada generasi berikutnya.
Anak yang telah mengalami penganiayaan seksual dapat menyebabkan perubahan tingkah laku dan emosi anak, antara lain depresi, percobaan bunuh diri. Gangguan stress post traumatik, dan penggunaan makan. Seorang anak laki-laki korban penganiayaan seksual di kemudian hari.
Wanita yang secara fisik mengalami kekerasan pada waktu anak-anak akan dua kali lebih tinggi rentan atas penyakit atau gejala kegagalan untuk makan. Sebuah dampak yang membuat para wanita itu ketika beranjak dewasa mengalami masalah dengan mengkonsumsi makanan.Namun dampak yang paling besar dialami adalah akibat perlakuan keras dan pelecehan seksual saat mereka masih gadis.Kekerasan saat kecil memang sudah lama menjadi satu faktor penyebab timbulnya gejala atau penyakit sulit makan seperti anorexia dan bulimia.

1.6      Komplikasi
a.       Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental
b.       Kejang-kejang
c.       Hidrocepalus
d.      Ataksia
e.       Kenakalan remaja
f.        Depresi dan percobaan bunuh diri
g.       Gangguan Stress post traumatic
h.       Gangguan makan

1.7      Pemeriksaan Penunjang
a.                   Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan.
1.      Swab untuk analisa  asam fosfatase, spermatozoa,  dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual.
2.      Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk gonokokus.
3.      Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B.
4.      Analisa rambut pubis.
b.                  Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak, yaitu untuk:
1.      Identifikasi fokus dari bekas
2.      Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak di atas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya penganiayaan fisik.Ultrasonografi (USG) digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral. CTscan lebih sensitive dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan pada penganiayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma  kepala yang berat.
c.                   MRI (Magnetic Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut.
d.                  Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual.

1.8      Pencegahan
a.                   Konvensi Magna Carta atau Bill of Rights for Children mencakup banyak ketentuan proteksi dan hak-hak anak sebagai berikut:
1.      Hak kelangsungan hidup dan berkembang
2.      Hak yang menyangkut lama, kebangsaan, dan identitas.
3.      Proteksi anal, dari ekspioitasi  seluruh bentuk kekerasan fisik, mental, dan pengabaian (maltreatment).
4.      Hak untuk mendapatkan pendidikan.
5.      Proteksi anak dari semua bentuk perlakuan salah akibat proses adopsi.
6.      Proteksi dari diskriminasi berdasarkan jenis kelamin.
7.      Hak untuk berpartisipasi.
b.                  Lembaga Anak Indonesia  menetapkan pendekatan pada penganiayaan dan pengabaian anak atas dasar:
1.      Sasaran jangka pendek dan jangka panjang.
2.      Tujuan dan target yang akan dicapai.
3.      Keterlibatan dokter anak,  ahli hukum, pendidik dan lain-lain.
4.      Perluasan hukum dan pendidikan pada kesejahteraan anak.
5.      Indikator yang dipakai dalam mengevaluasi.
6.      Meningkatkan persiapan dan aktivitas yang dibutuhkan.
7.      Tersedianya fasilitas untuk intervensi.
c.                   Peran tenaga kesehatan paling penting adalah dalam upaya pencegahan perlakuan salah pada anak yaitu:
1.      Mengidentifikasi orangtua risiko tinggi yang tidak mampu mencintai, merawat, memelihara, ataupun membesarkan keturunannya dengan memadai.
2.      Penganiayaan dan pengabaian berat dapat dicegah kalau keluarga tersebut mendapat sebuah bentuk perawatan dan pemeliharaan yang mencakup kursus merawat antenatal, persalinan, rawat gabung, kontak orangtua dengan bayi prematur, serta kunjungan dokter dan perawat kesehatan masyarakat yang lebih sering dan petunjuk yang terus menerus dari masing-masing disiplin ilmu.
d.                  Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak merupakan tanggung jawab semua pihak, meliputi :
1.      Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat.
2.      Pendidik
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah.Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada anak.
3.      Penegak Hukum dan Keamanan
Hendaknya Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.
4.      Media Massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya.Dampak pada anak baik jangka pendek maupun panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.

e.                   Penatalaksanaan TAMBAHAKAN FISIK SEKSUAL
Karena perlakuan salah pada anak ini merupakan akibat dari penyebab yang kompleks, maka penanganan harus dilakukan oleh suatu tim dari multidisiplin ilmu yang terdiri dari dokter anak, psikiater, psikolog, petugas sosial, ahli hukum, pendidik, dan lain-lain. Seorang anak yang dicurigai mengalami penganiayaan atau pengabaian harus dirumahsakitkan, terlepas dari luas dan hebatnya jejas yang dialaminya. Hal ini dilakukan dengan tujuan  untuk melindungi anak tersebut.

2.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN CHILD ABUSE
2.1     Pengkajian
2.1.1  Anamnesa
               Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan identitas penanggung jawab,identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,serta diagnosa medis.Selama masa neonatal yang perlu dikaji:Keadaan suhu tubuh terutama masa neonatal, kebutuhan nutrisi/makan, keadaan indra pendengaran dan penglihatan, pengkajian tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental anak, kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi, kemampuan motorik, kemampuan keluarga dalam merawat anak dengan sindrom down terutama tentang kemajuan perkembangan mental anak.



2.1.2  Riwayat kesehatan
1.         Keluhan utama : biasanya pada anak dengan child abuse terlihat murung, tertutup, jarang beradaptasi dan bersosialisasi, kurang konsentrasi, dan prestasi akademik menurun.
2.         Riwayat penyakit sekarang
Berat pada anak yang dengan child abuse pada umumnya kurang dari normal,. Anak-anak yang menderita Child abuse memiliki penampilan yang khas:Hal ini ditandai oleh empat perbedaan perilaku dan perkembangan anak, yakni perbuatan kognitif, penyesuaian fungsi-fungsi di sekolah, perilaku di ruang kelas, dan perilaku di rumah dan keterlambatan dalam sosial, motorik, serta kognitif.
3.         Riwayat Penyakit Dahulu
Kecelakaan yang berulang-ulang, dengan fraktur/memar/ jaringan yang berbeda waktu sembuhnya. Apakah Anak pernah mengalami penganiayaan seksual atau tidak, penganiayaan fisik atau tidak, keluarga-keluarga yang tidak mendapat pengobatan serta perawatan yang memadai cenderung akan menghasilkan anak remaja yang nakal dan menjadi penganiaya anak sendiri pada generasi berikutnya.
4.         Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dari penganiayaan anak yang lalu, Kaji apakah ada keluarga yang mengalami hal seperti yang di alami oleh anak saat ini.

5.         Riwayat Imunisasi
Menyangkut jenis-jenis imunisasi yang telah didapat oleh anak, imunisasi yang harus dipaparkan oleh anak yaitu :
a)      BCG          :    diberikan pada umu 0-3 bulan dengan pemberian 1xBCG cara pemberian intra cutan (IC) dengan dosis 0,5 cc.
b)      DPT           :    diberikan pada umur 2-11 bulan dengan pemberian 3x dengan interval 4 minggu, diberikan secara intramuscular (IM) dengan dosis 0,5 cc.
c)      Polio           :    diberikan pada umur 0-11 bulan dengan pemberian 4x dengan interval 4 minggu, cara pemberian melalui oral 2 tetes.
d)     Campak      :    diberikan pada umur 9-11 bulan dengan pemberian 1x cara pemberian subcutan (SC) dengan dosis 0,5 cc.
e)      Hepatitis B :    diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada usia 1 dan 3-6 bulan dengan pemberian intramuscular (IM) dengan dosis 0,5 cc.
6.         Riwayat Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat berupa
a.         Berat Badan (BB)
Usia 5 bulan     :2x BB lahir
Usia 1 tahun    :3x BB lahir
b.        Tinggi Badan (TB)/ panjang badan (PB)
Lahir    : 50 cm
1tahun  :1,5 TB lahir
4 tahun : 2x TB lahir
6 tahun : 1,5x TB setahun
13 tahun           : 3x TB lahir
c.         Lingkar kepala (LK)
Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. kemudian angkan bertambah sebesar ± 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi ± 44 cm. pada bulan 6 pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/ tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah ±10 cm.
d.        Lingkar lengan atas (LILA)
Pertambahan lingkar lengan atas ini relative lambat.Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama lingkar lengan atas menjadi 16 cm.

e.         Lingkar dada (LD)
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring, ukuran normal sekitar 2 cm< LKukuran lingkar dada sejajar dengan putting susu.
7.         Pemeriksaan fisik
a.         Keadaan umum : ringan dan sedang
b.        Kesadaran : compos metis
c.         Pemeriksaan fisik head to toe
1)        Kepala
a)        Inspeksi  :Bentuk kepala, ada kelainan tidak, kemungkinan di temukan kaput sukendanium atau sefalhaematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung, apakah ada kejang-kejang hidrosefalus, atau ataksia.
b)        Palpasi : daerah kepala, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
2)        Mata
1)        Inspeksi : warna konjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bledding konjungtiva, warna skelera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya,

3)        Hidung
1)        Inspeksi : terdapat pernafasan cupping hidung dan terdapat penumpukan lendir
2)        Palpasi : ada massa tidak.
4)        Mulut
1)        Inspeksi : bibir berwarana pucat atau merah, ada lendir atau tidak.
5)        Telinga
1)        Inspeksi : perhatikan kebersihan dan adnya kelainan atau adanya serumen pada telinga
6)        Leher
1)        Inspeksi : perhatikan kebersihan karena leher neonatus pendek. Ada tanda-tanda pembesaran kelenjar tiroid tidak
2)        Palpasi : adanya pembesaran kelanjar tiroid dan vena jugularis tidak
7)        Kulit
1)        Inspeksi : perhatikan warna kullit tubuh merah atau kebiruan, dan ekstreminas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan perniks.



8)        Toraks
1)        Inspeksi : bentuk simtris atau tidak, terdapat tarikan interkostal, frekuwensi pernafasan >60x/mnt atau <30x/mnt
2)        Palpasi : apakah ada massa tidak, ada pembesaran jantung.
3)        Auskultasi : frkwensi bunyi jantung lebih dari 100x/mnt atau menurun.
9)        Abdomen
a)        Inspeksi : bentuk silindris, perut buncit atau cekung, tali pusat bersih atau tidak, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda infeksi pada tali pusat.
b)        Palpasi : apakah ada massa atau tidak
c)        Auskultasi : ada bising usus atau tidak, bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi
d)       Perkusi : lakukan perkusi, apakah terdapat suara timpani di daerah perut atau tidak.
10)    Rectum
a)        Inspeksi : memiliki anus dan dapat BAB tidak terjadi atresiani


11)    Ektremitas
a)        Inspeksi : warna biru, gerakan lemah, perhatikan adanya kelumpuhan pada syaraf atau keadaan jari-jari tangan dan kaki beserta jumlahnya.
b)        Palpasi : apakah ada massa, akral dingin.

2.2     Diagnosa Keperawatan
2.2.1  Analisa data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data,membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut diagnosa keperawatan.Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.

No Dx
Symptom
Etiologi
Problem
1.       
DS :
-     biasanya ibu apatis terhadap anak
DO:
-       biasanya anak terlihat murung,
-       biasanya anak tertutup
-       jarang beradaptasi dan bersosialisasi,
-       kurang konsentrasi
-       prestasi akademik menurun.
-       Keterbatasan mental
-       Keterbatasan fisik
-       Menarik diri
-       Malu
Orangtua yang agresif dan impulsif.


Gangguan pemberianasuhan dan lingkungan.


Gangguan karakteristik anak



Resiko trauma
2.       
DS:
-          biasanya anak takut
DO:
-    biasanya anak tampak memar
-    terjadi fraktur
-    Keterbatasan aktivitas
-    Keterlambatan pada hubungan sosial, motorik, dan kognitif
kekerasan fisik (kekerasan orang tua)

Pembentukan organ yang kurang sempurna

 


Gangguan pendengaran , & hiperekstensibilitas sendi

Resiko tinggi cedera


3.       
DS:-
-       Biasanya ibu mengeluh anaknya kurang bergaul
-       biasanya ibu juga mengeluh anaknya nakal
DO:
-       Adanya peningkatan dan distress pada anak
-       Kurang pengetahuan tentang
-       Bentuk tubuh yang abnormal
Anak yang tidak di inginkan
 

Gangguan karakteristik pada anak
 


Perlakuan kekerasan

Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua  / anak / bayi.

4.       
DS : -
DO :
-          klien tampak gelisah
-          tampak ketakutan
-          tidak mau bicar


Situasi kritis
 

Family problem

Kurang pengetahuan
Cemas

2.2.2  Rumusan Diagnosa
1.      Resiko trauma berhubungan dengan Orangtua yang agresif dan impulsif.karakteristik anak, Gangguan pemberian asuhan dan lingkungan, serta Gangguan karakteristik anak
2.      Resiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua) pembentukan organ yang kurang sempurnaGangguan pendengaran , & hiperekstensibilitas sendi
3.      Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua  / anak / bayi berhubungan dengan perlakuan kekerasan

2.3     Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan keperawatan.
2.3.1        Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberianasuhan dan lingkungan.
Tujuan
Setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjaditrauma pada anak
Kriteria Hasil
a.       Keselamatan tempat tinggal
b.      Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah
c.       Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah
d.      Keselamatan diri sendiri
e.       Keselamatan anak

Intervensi
Rasional
1.      Kaji penyebab trauma

2.      Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko

3.      Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan.

4.      Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang bahaya lingkungan
5.      kolaborasi dengan agen lain untuk mengmbangkan keamanan lingkungan

1.      mengetahui penyebabnya dapat melakukan tindakan selanjutnya
2.      Agar pasien merasa nyaman untuk melakukan mobilisasi dan terhindar dari cidera

3.      Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi rasa trauma pada klien.

4.      Agar klien atau keluarga mampu mengatasi masalah-masalah yang ada di lingkungan
5.      Agar klien merasa aman dan nyaman terhadap lingkungan sekitarnya.

2.3.2        Resiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orangtua)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadicidera
Kriteria Hasil :
a.       Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
b.      Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
c.       Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d.      Menghindari cidera fisik
e.       Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.

Intervensi
Rasional
1.      Kaji keadaan umum klien

2.      Monitor lingkungan untuk perubahan status

3.      Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
4.      Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang sakit.


5.      Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko

1.      Keadaan umum dapat menentukan keadaan pasien secara utuh.
2.      Lingkungan yang nyaman dapat menentukaan kesehatan yang baik pada pasien
3.      Agar tidak terjadi resiko cedera yang lain.
4.      Mempercepat proses penyembuhan

5.      Agar pasien merasa nyaman melakukan mobilisasi dan serta tidak  terjadi cidera.

2.3.3        Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/anak/bayi berhubungan dengan perlakuan kekerasan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatandiharapkan tidak terjadi kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi
Kriteria hasil
1.      Menyediakan kebutuhan fisik anak
2.      Merangsang perkembangan kognitif
3.      Merangsang perkembangan emosi
4.      Merangsang perkembangan spiritual
5.      Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat
6.      Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak
Intervensi
Rasional
1.      Kaji penyebab kerusakan hubungan anak dengan orang tua
2.      Instruksikan perkembangan dan perilaku yang tepat.
3.      Sediakan informasi yang realistic yang berhubungan dengan perilaku pasien
4.      Bantu pasien dalam memutuskan bagaimana dalam memutuskan masalah.
5.      Bantu pasien berpartisipasi dalam mengantisipasi perubahan peraturan.
1.      Mengetahui masalah agar dapat melakukan tindakan selanjutnya.
2.      Meningkatkan perkembangan mental dan perilaku anak.
3.      Informasi yang baik dapat mempengaruhi perkembangan yang baik untuk anak
4.      Agar klien merasa di perhatikan oleh orang lain dan dapat mengatasi masalahnya
5.      Agar perilaku klien dapat terkontrol.

2.3.4         Cemas b/d dengan perlakuan salah yang berulang-ulangketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.
Tujuan :
Cemas dapat teratasi
Kriteria hasil :
a.       klien mengatakan rasa cemas berkurang
b.      klien kooperatif terhadap prosedur atau berpartisifasi
c.       klien mengerti tentang penyaitnya
d.      klien tampak rileks
e.       TTV dalam batas normal (S : 37oC, N 80-100x/mnt, RR : 16-20x/mnt, TD : 120/80 mmHg)
Intervensi
Rasional
1.      jelaskan prosedur interpensi kepereawatan dan pertahankan komunikasi terbuka

2.      Anjurkan penggunaan tehknik relaksasi



3.      Anjurkan pengungkapan rasa takut

4.      Bantu klien atau pasangan mengidentifikasi mekanisme koping yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan
5.      Berikan informasi akurat tentang keadaan klien.
1.      pengetahuan untuk realistis aktivitas ini dapat menurunkan rasa takut dari ketidaktahuan.
2.      Memungkinkan klien mendapatkan keuntungan maksimal dari periode istirahat, mencegah kelelahan otot dan memperbaiki aliran darah.
3.      Dapat membantu menurunkan ansietas dan merangsang identifikasi perilaku koping.
4.      Membantu memfasilitasi adaptasi yang positif serta mengurangi perasaaan ansietas.

5.      Hayalan yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas

2.4     Implementasi
Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya diterapkan dalam bentuk tindakan nyata. Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi., penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada waktu dan situasi yang tepat. Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi dan didokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar, 1995: 64)
Ada 3 fase dalam melaksanakan implementasi keperawatan, yaitu:
a.           Fase persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana, pengetahuan dan keterampilan. Mengimplementasikan rencana, persiapan dan lingkungan.
b.          Fase operasional
Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. pada fase ini, implementasi dapat dilakukan secara independen, dependent dan interdependent. Selanjutnya perawat akan melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi klien terhadap fisik, psikologis, sosial dan spritual.
c.          Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.

2.5     Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan physical abuse antara lain :
2.5.1        Anak mengenali perlunya atau mencari perlindungan untuk mencegah dan mengatasi physical abuse.
2.5.2        Keluarga berpartisipasi sebagai fungsi modal peran sebagai orang tua yang positif dan efektif.
2.5.3        Keluarga mampu menjaga situasi yang dapat menimbulkan stress.
2.5.4        Keluarga dan anak mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah.


BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis.
Dampak dari kekerasan terhadap anak antara lain :
1.1  Kerusakan fisik atau luka fisik
1.2  Anak akan menjadi individu yang kurang percaya diri
1.3  pendendam dan  agresif
1.4  memiliki perilaku menyimpang
1.5  Pendidikan anak yang terabaikan.
Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya. Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu: Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan pada anak dan di rumah tangga. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan kesehatan tentang child abuse dan mengidentifikasi resiko terjadinya child abuse.

2.      Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita tentang Asuhan Keperawatan Child Abuse. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cicilia. (2002). Keperawatan Pediatric,Jakarta : EGC
Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI
Gordon,et all. (2002). Nanda Nursing Diagnoses.Definition and classification.
Phildelpia : NANDA

Johnson, marion, dkk. (2000). Intervention Project Nursing Outcomes
Classifition (NOC), Edition 2.USA : Mosby
Mccloskey, joane C.dkk.(1996). IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Nelson, Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Whaley’s and Wong.(1996). Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition. USA
: Mosby Company