Kata
PENGANTAR
Alhamdulillahhirrobbil’aalamiin,
puji dan syukur saya panjatkan Kehadirat Allah SWT berkat rahmat serta
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliah Dasar
Biokimia.
Makalah
ini berisikan tentang konsep enzim dan peranan enzim dalam tatanan klinik.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari adanya dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dosen mata kuliah Dasar Biokimia. Penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan baik dari segi isi materi maupun sistematika penulisannya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
1 November 2014
penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Enzim mempunyai peranan penting dalam
kehidupan makhluk hidup. Tanpa adanya enzim, kehidupan yang kita kenal sekarang
ini tidak akan mungkin ada. Pada tahun 1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm
Kuhne (1837–1900) pertama kali menggunakan istilah "enzyme",
yang berasal dari bahasa yunani yang berarti “ragi”. Kata "enzyme"
kemudian digunakan untuk merujuk pada zat mati seperti pepsin, dan kata ferment
digunakan untuk merujuk pada aktivitas kimiawi yang dihasilkan oleh organisme
hidup.
Enzim adalah polimer biologik yang
mengkatalisis reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh. Sebagai biokatalisator
yang mengatur semua kecepatan semua proses fisiologis, enzim memegang peranan
utama dalam kesehatan dan penyakit. Meskipun dalam keadaan sehat semua proses
fisiologis akan berlangsung dengan cara yang tersusun serta teratur sementara
homeostasis akan dipertahankan, namun keadaan homeostasis dapat mengalami
gangguan yang berat dalam keadaan patologis.
Semua hal yang berkaitan dengan enzim
dipelajari dalam Enzymologi yang terdapat dalam bidang kesehatan,
kedokteran, keperawatan, kebidanan, farmasi dan lain sebagainya. Oleh karena
itu makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih lanjut tentang konsep enzim dan
fungsinya di tatanan klinik
1.2 TUJUAN
1.2.1
Umum
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami tentang konsep enzim beserta kegunaannya di
tatanan klinik
1.2.2
Khusus
Mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui dan memahami :
a. Definisi
enzim
b. letak
enzim dalam tubuh manusia
c. Sifat-sifat
enzim
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Enzim
Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis
dalam metabolisme makhluk hidup. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia
yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut
bereaksi.
Enzim berperan secara lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan dipacu dibandingkan dengan katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi dapat berlangsung dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun.
Enzim terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang tersusun atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas protein. Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun dari bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik).
Enzim berperan secara lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang akan dipacu dibandingkan dengan katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi dapat berlangsung dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun.
Enzim terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang tersusun atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas protein. Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun dari bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik).
2.2
Sifat-Sifat
Enzim
Enzim mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Biokatalisator, mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi.
Thermolabil; mudah rusak, bila dipanasi lebih dari suhu 60ยบ C, karena enzim tersusun dari protein yang mempunyai sifat thermolabil.
Merupakan senyawa protein sehingga sifat protein tetap melekat pada enzim.
Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksinya sangat cepat dan dapat digunakan berulang-ulang.
Enzim mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Biokatalisator, mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi.
Thermolabil; mudah rusak, bila dipanasi lebih dari suhu 60ยบ C, karena enzim tersusun dari protein yang mempunyai sifat thermolabil.
Merupakan senyawa protein sehingga sifat protein tetap melekat pada enzim.
Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksinya sangat cepat dan dapat digunakan berulang-ulang.
2.3 Letak
Enzim Dalam tubuh manusia
a. Mulut : Amilase (Ptialin) –> Memecah
karbohidrat rantai panjang seperti amilum dan dekstrin, akan diurai menjadi
molekul yang lebih sederhana
b. Lambung
: Lipase : Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang
dihasilkan sangat sedikit ; Renin : Mengendapkan protein pada susu
(kasein) dari air susu (ASI). Hanya dimiliki oleh bayi.
c. Usus
halus : Disakaridase — > Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
; Erepsinogen –> Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi
erepsin. Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.
d. Pancreas
: Enterokinase –> Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta
mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin ; Tripsin–> mengubah pepton menjadi
asam amino ; Amilase –> Mengubah amilum menjadi disakarida
; Lipase –> Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol
; Tripsinogen –> Tripsin yang belum aktif ; Kimotripsin –>
Mengubah peptone menjadi asam amino ; Nuklease –> Menguraikan
nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat.
Tabel letak enzim antara lain :
No.
|
Nama Enzim
|
Letak
|
Fungsi
|
Penghasil
|
|
Mengubah
|
Menjadi
|
||||
1.
|
Ptialin / Amilase
|
Mulut
|
Amilum
|
Maltosa
|
Kelenjar Ludah
|
2.
|
Pepsin
|
Lambung
|
Protein
|
Pepton
|
Lambung
|
3.
|
Renin
|
Lambung
|
Mengendapkan kasein
susu
|
Lambung
|
|
4.
|
Amilase
|
Usus 12 Jari
|
Maltosa
|
Glukosa
|
Pankreas
|
5.
|
Tripsin
|
Usus 12 Jari
|
Pepton
|
Asam Amino
|
Pankreas
|
6.
|
Lipase
|
Usus 12 Jari
|
Lemak
|
Asam Lemak &
Gliserol
|
Pankreas
|
7.
|
Erepsin
|
Usus Halus
|
Pepton
|
Asam Amino
|
Usus 12 Jari
|
8.
|
Maltase
|
Usus Halus
|
Maltosa
|
Glukosa + Glukosa
|
Usus Halus
|
9.
|
Sukrase
|
Usus Halus
|
Sukrosa
|
Glukosa + Fruktosa
|
Usus Halus
|
10.
|
Laktase
|
Usus Halus
|
Laktosa
|
Glukosa + Galaktosa
|
Usus Halus
|
Enzim mempunyai berbagai fungsi bioligis dalam tubuh
emophil hidup. Enzim berperan dalam transduksi signal dan regulasi sel,
seringkali melalui enzim kinase dan fosfatase. Enzim juga berperan dalam
menghasilkan pergerakan tubuh, dengan emoph menghidrolisis ATP untuk
menghasilkan kontraksi otot (Hunter, 1995). Enzim menentukan
langkah-langkah apa saja yang terjadi dalam lintasan emophilia ini. Tanpa
enzim, emophilia tidak akan berjalan melalui langkah yang teratur ataupun tidak
akan berjalan dengan cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan sel.
Enzim
juga memberikan peranan dalam tatanan klinik yaitu antara lain (Sadikin, 2002)
:
2.4.1
Sebagai alat emophilia suatu penyakit
(abnormalitas).
Pemanfaatan enzim untuk alat diagnosis
secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok :
a.
Enzim sebagai petanda (marker) dari
kerusakan suatu jaringan atau organ akibat penyakit tertentu.
Penggunaan enzim
sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan mengikuti prinsip bahwasanya
secara teoritis enzim intrasel seharusnya tidak terlacak di cairan ekstrasel
dalam jumlah yang signifikan. Pada kenyataannya selalu ada bagian kecil enzim
yang berada di cairan ekstrasel. Keberadaan ini diakibatkan adanya sel yang
mati dan pecah sehingga mengeluarkan isinya (enzim) ke lingkungan ekstrasel,
namun jumlahnya sangat sedikir dan tetap. Apabila enzim intrasel terlacak di
dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih besar dari yang seharusnya, atau
mengalami peningkatan yang bermakna/signifikan, maka dapat diperkirakan terjadi
kematian (yang diikuti oleh kebocoran akibat pecahnya emophil) sel secara
besar-besaran. Misalnya : Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu isozim
dari tripsin) hingga empat ratus kali menunjukkan adanya pankreasitis akut
b.
Enzim sebagai suatu reagensia diagnosis
Dengan
memanfaatkan enzim, keberadaan suatu senyawa petanda yang dicari dapat
diketahui dan diukur berapa jumlahnya. Contoh : Uricase yang berasal
dari jamur Candida utilis dan bakteriArthobacter
globiformis dapat digunakan untuk mengukur asam urat.
c.
Enzim sebagai petanda pembantu dari
reagensia
Sebagai
petanda pembantu dari reagensia, enzim bekerja dengan memperlihatkan reagensia
lain dalam mengungkapkan senyawa yang dilacak. Senyawa yang dilacak dan diukur
sama sekali bukan substrat yang khas bagi enzim yang digunakan. Contoh penggunaannya
adalah pada teknik EMIT (Enzim Multiplied Immunochemistry Test), molekul kecil
seperti obat atau emophi ditandai oleh enzim tepat di situs katalitiknya,
menyebabkan emophil tidak dapat berikatan dengan molekul (obat atau emophi)
tersebut. Enzim yang lazim digunakan dalam teknik ini adalah lisozim,
malat dehidrogenase, dan gluksa-6-fosfat dehidrogenase.
2.4.2
Untuk mengetahui perjalanan suatu
penyakit.
2.4.3
Enzim digunakan sebagai obat
Penggunaan
enzim sebagai obat biasanya mengacu kepada pemberian enzim untuk mengatasi
defisiensi enzim yang seyogyanya terdapat di dalam tubuh manusia untuk
mengkatalis rekasi-reaksi tertentu. Berdasarkan lamanya pemberian enzim sebagai
pengobatan, maka keadaan defisiensi enzim dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu keadaan defisiensi enzim yang bersifat sementara dan bersifat menetap.
Contoh kelainan akibat defisiensi enzim antara lain adalah emophilia
2.4.4
Enzim sebagai sasaran pengobatan
Merupakan terapi di mana senyawa
tertentu digunakan untuk memodifikasi kerja enzim, sehingga dengan demikian
efek yang merugikan dapat dihambat dan efek yang menguntungkan dapat dibuat.
Berdasarkan sasaran pengobatan, dapat
dibagi menjadi :
a. Terapi
di mana enzim sel individu sebagai sasaran kinerja terapi
Dalam
hal ini digunakan senyawa-senyawa untuk mempengaruhi kerja suatu enzim sebagai
penghambat bersaing. Contoh penyakit yang dapat diobati dengan terapi ini : DM,
penyakit kanker, penyakit kejiwaan dll.
b. Terapi
di mana enzim mikroorganisme yang menjadi sasaran kerja
Dalam
hal ini digunakan prinsip bahwa enzim yang dibidik tidak boleh mengkatalisis
reaksi yang sama atau menjadi bagian dari proses yang sama dengan yang terdapat
pada sel pejamu. Hal ini bertujuan untuk melindungi sel pejamu, sekaligus
meningkatkan spesifitas terapi ini. Karena yang dibidik adalah enzim
mikroorganisme, maka penyakit yang dihadapi kebanyakan adalah penyakit-penyakit
infeksi. Contoh penyakit yang dapat diobati dengan terapi ini adalah : penyakit
tumor
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Enzim
merupakan katalisator protein yang mengatur kecepatan berlangsungnya berbagai
proses fisiologis. Sebagai katalisator, enzim ikut serta dalam reaksi dan
kembali ke keadaan semula bila reaksi telah selesai. Enzim bersifat spesifik
artinya hanya mengkatalis beberapa jenis reaksi saja bahkan ada yang hanya satu
jenis reaksi saja. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
suhu, tingkat keasaman, konsentrasi substrat dan enzim serta adanya inhibitor.
Enzim juga mempunyai peranan penting dalam tatanan klinik salah satunya yaitu
untuk mengetahui perjalanan suatu penyakit.
3.2 Saran
Untuk
kedepannya diharapkan mahasiswa dapat membuat lagi suatu makalah yang membahas
lebih spesifik lagi tentang peranan enzim di bidang pelayanan kesehatan
terutama keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Spesifitas Enzim Terhadap
Substrat. Diposkan Desember 2003. Diakses tanggal 31 Maret 2012. URL : www.bioweb.wku.edu\courses\BIOL115\Wyatt\Biochem\metabolism.htm
Anonim. 2003. Biology Project-Biochemistry.
Diposkan September 2003. Diakses tanggal 31 Maret 2012. URL : www.biology.arizona.edu\biochemistry\biochemistry.
De Bolster, M.W.G. 1997. Glossary of Terms Used
in Bioinorganic Chemistry: Cofactor. International Union of Pure and Applied
Chemistry.