BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah Istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan selular dan merupakan
kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal.
Kanker istilah umum yang mencakup
setiap pertumbuhan malignan dalam setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak
bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang
menjadi hospesnya.
Ureter merupakan saluran sepanjang
25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi)
dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang
terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah ca ureter.
1.2.2
Tujuan
Khusus
1. Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada
klien dengan masalah ca ureter.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose pada
klien dengan masalah ca ureter.
3. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah ca ureter.
4. Mahasiswa mampu
mengimplementasikan masalah keperawatan pada klien Ca ureter
5.
Mahasiswa
mampu mengevaluasi pada klien dengan masalah ca ureter.
1.2.3 Manfaat
Dengan
adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa agar dapat mengetahui penyebab ca
ureter dan pencegahannya agar terhindar
dari ca ureter baik untuk dirinya
sendiri maupun keluarga dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarak agar
mampu menjaga kesehatannya, serta bisa menjadi refrensi untuk mendapat
pengetahuan bahayanya penyakit ca ureter yang dapat menyebabkan kematian.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP
DASAR TEORI
2.1.1 Definis
Ureter merupakan saluran sepanjang
25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi)
dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang
terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal. Kanker dapat
terjadi pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis dan ureter.
Kanker pada sel-sel yang melapisi pelvis
renalisdisebut karsinoma sel transisional. Pelvis renalis adalah bagian
ginjal yang berfungsi sebagai corong yang mengalirkan air kemih ke ureter.
Ureter adalah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih.
Ureter setelah keluar dari ginjal
(melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas
panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di
dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai
vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine
setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura
marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti
ini sering terbentuk batu/kalkulus.
2.1.2 Etiologi
Kemungkinan besar perkembangan
kanker adalah terkait dengan masalah kromosom yang menyebabkan penampilan dan
pertumbuhan sel-sel ganas. Hal ini bisa disebabkan sebagai akibat dari paparan
karsinogenik tertentu, rangsangan agen atau zat yang dapat menyebabkan kanker.
2.1.3
Manifestasi Klinis
1. Hematuria
Hematuria
dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau penuh, dan dapat dinyatakan
sebagai hematuria awal atau terminal hematuria, sebagian dari pasien kanker
kandung kemih akan ada pembuangan gumpalan gumpalan darah dan bangkai bangkai
busuk.
2. Iritasi kandung kemih
Tumor
terbentuk di trigonum kandung kemih, lingkup patologi meluas atau saat terjadi
infeksi dapat menstimulasi sampai ke kandung kemih sehingga menyebabkan
fenomena sering buang air kecil dan urgen.
3. Gejala obstruktif saluran kemih
Adanya
tumor yang lebih besar, tumor pada ureter dan penyumbatan gumpalan darah akan
menyebabkan buang air bahkan sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam
lubang saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga
menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase
Invasi
tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih sekitarnya, organ lain
atau metastasis kelenjar getah panggul simpul, akan menyebabkan nyeri di daerah
kandung kemih, uretra fistula vagina, dan edema ekstremitas bawah, metastasis
sampai organ yang lebih jauh, nyeri tulang dan cachexia.
2.1.4 Patofisiologi
Kenaikan tekanan ureter menyebabkan
perubahan yang ditandai difirasi glomelurus, fungsi tubular, dan aliran darah
ginjal, tingkat perubahan secara fungsional secara langsung berkaitan dengan
durasi dalam sistem pengumpulan intrarenal, derajat diladasi oleh parenkem
ginjal.
2.1.5
Klasifikasi
1.
Stadium
(0)
Dikenal sebagai
karsinoma in situ, di dalam ureter organisme bagian tepi timbul tumor.
2.
Stadium
(I)
Sel kanker telah menyebar ke lapisan
dalam dan luar ureter.
3.
Stadium (II)
Sel kanker telah menyebar ke lapisanan
otot dinding ureter.
4.
Stadium
(III)
Sel
kanker telah menyebar sampai jaringan adipose pada sekitar ureter , kemungkinan
menyebar sampai ke alat kelamin.
5.
Stadium
(IV)
Sel kanker telah
menyebar dari ureter sampai ke peritoneum atau ke panggul. Sel kanker mungkin
telah mempengaruhi sampai ke kelanjar getah bening atau sampai ke organ lain
dalam tubuh.
6.
Kekambuhan
Setelah
dilakukan pengobatan kanker ureter, ureter atau bagian lain dalam tubuh bisa
mengalami kekambuhan.
2.1.6
Pathway
Respon Obstruksi Respon
Infeksi dan Inflamasi akibat Respon
edema
Iritasi kanker
Nyeri
kolik, hematuria, Respons sistemik
akibat nyeri Peningkatan tekanan
Sering
Miksi kolik
(mual,muntah,anoreksia) Hidrostatik
dan distensi
kelemahan intoleransi
aktivitas
Piala ureter serta
ureter
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
|
|
|
|
|
2.1.7
Komplikasi
1.
Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.
2. Gagal ginjal.
2.1.8
Pemeriksaan Diagnostic
1.
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan urografi intravena atau urografi
retrograd.
2.
CT
scan dapat membantu membedakan tumor dengan batu ginjal atau bekuan darah dan
menunjukkan pertumbuhan kanker.
3.
Pemeriksaan
mikroskopik terhadap contoh air kemih bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.
4.
Ureteroskopi
atau nefroskopi digunakan untuk mengamati atau kadang untuk mengobati tumor
yang kecil.
2.1.9 Penatalaksanaan
Jika
kanker belum menyebar, maka dilakukan pengangkatan ginjal dan ureter
(nefroureterektomi). Tetapi jika ginjal tidak berfungsi dengan baik atau jika
penderita hanya memiliki 1 ginjal, maka tidak dilakukan pengangkatan ginjal,
karena penderita akan tergantung kepada dialisa. Jika kanker telah menyebar,
dilakukan kemoterapi. Pengobatan untuk kanker uretra bisa dilakukan dengan
cara:
1. Pembedahan
2. Terapi penyinaran, menggunakan sinar X
dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya untuk membunuh sel-sel kanker.
3. Kemoterapi, menggunakan obat-obatan
untuk membunuh sel-sel kanker.
Pembedahan untuk mengangkat kanker ureter terdiri dari:
a. Elektrofulgurasi, menggunakan arus
listrik untuk mengangkat kanker. Tumor dan daerah di sekitarnya dibakar lalu
diangkat dengan pisau bedah.
b. Terapi laser.
2.2 KONSEP DASAR ASKEP
2.2.1
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pendekatan
sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui
kebutuhan perawatan pasien tersebut.
a. Anamnesis
Keluhan
utama yang sering menjadi alasan kien untuk meminta pertolongan kesehatan kepada tenaga kesehatan atau tanaga menis.
b. Riwayat penyakit saat ini
Faktor riwayat penyakit sangat penting
di ketahui karena untuk mengetahui predisposisi penyebab Ca ureter. Disini
harus di tanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Keluhan Ca ureter perlu mendapat
perhatian untuk di lakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya
Ca ureter, stimulus apa yang sering menimbulkan nyeri pada ureter, dan tindakan
apa yang telah di berikan dalam upaya menurunkan keluhan nyeri tersebut.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit
yang pernah di alami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang
meliputi pernah kah klien mengalami Ca ureter sebelumnya.
d. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian
mekanisme koping yang di gunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi
klien terhadap penyakit yang di deritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan mesyarakat serrta respon atau pengaruh dalam kehidupan sehari hari
baik dalam keluarga atau masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,
yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk
melakukan aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan citra tubuh). Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah
keadaan ini memberi dampak pada ststus ekonomi klien, karena biaya perawatan
dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit.
Pengkajian diagnostik pada
Ca ureter
1. Pemeriksaan sedimen urine menunjukan
adanya: leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal berbentuk kanker.
2. Pemeriksaan kultur urine mungkin
menunjukan adanya pertumbuhan kumanpemecah urea.
3. Pemeriksaan fungsi ureter untuk
memonitor penurunan fungsi.
4. Pemeriksaan elektrolit untuk ketrlibatan
peningkatan kalsium dalam darah.
5. Pemeriksaan foto polos abdomen, PIV,
urogram, USG untuk menilai posisi, besar, dan benttuk batu dalam saluran kemih.
2.2.2
Diagnosis Keperawatan
a.
Analisa Data
Analisa data merupakan proses
intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan,
mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data,
membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat
kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang
disebut diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang masalah pasien/klien serta
penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa
yang muncul pada kasus Ca ureter :
1. Gangguan Nyaman
Nyeri b/d
aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal
syaraf sekunder dari adanya batu pada ginjal, nyeri pasca bedah.
2.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat keganasan,
efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
3.
Ansietas b/d prognosis pembedahan,
tindakan invasif diagnostik.
2.2.3
Rencana Keperawatan
1.
Gangguan nyaman
nyeri b/d aktivitas peristaltik
otot polos sistem kalises, pergangan dari terminal syaraf sekunder dari adanya
batu pada ginjal, nyeri pasca bedah.
Tunjuan
:
Nyeri
berkurang/hilang/teradaptasi.
Kriteria
hasil:
a. Nyeri berkurang atau dapat beradaptasi dengan sekala nyeri 0-1
b.
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang
meningkatkan atau menurunkan nyeri.
c.
Eksfresi
klien rlaks
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
|
Rasional
|
1. kaji derajat
ketidaknyamanan melalui isyarat verba dan nonverbal, perhatikan pengaruh
budaya terhadap pengaruh nyeri.
2. Bantu klien
agar dapat beristirahat.
3. berikan
lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung.
4. Beri kompres hangat pada pinggang.
5. Bantu dalam
penggunaan tehnik pernapasan yang tepat
6. kolaborasi
dalam pemberian analgetik
|
1.
Tindakan dan reaksi nyeri adalah individual dan
berdasarkan pengalaman masa lalu, serta memahami perubahan fsiologis dan
latar belakang budaya.
2. Dapat menurunkan
kebutuhan oksigen jaringan ferifer sehingga akan meningkatkan suplai darah ke
jaringan.
3. Lingkungan yang nyaman dapat
menurunkan stimulasi nyeri eksternal dan klien dapat beristirahat dengan nyaman..
4. Vasodilatasi dapat menurunkan spasme
otot dan kontraksiotot pinggangsehingga menurunkan stimulasi nyeri.
5. dapat memblok
imfuls nyeri dalam korteks serebri.
6. analgentik
dapat mengurangi rasa nyeri
|
2.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat keganasan,
efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
Tunjuan:
Nutrisi
dapat tercukupi.
Kriteria
hasil :
a. dapat
mempertahankan BB
b. Bebas dari tanda
mal nutrisi
c.
Secara
subjektif melaporkan kekurangan
nutrisi tercukupi.
d. Eksfresi klien rileks
Intervensi dan Rasional
Intervensi
|
rasional
|
1. kaji penyebab kurangnya nutrisi
2. Berikan makanan sedikit tetapi sering
3. Dorong klien untuk
meningkatkan asupan nutrisi (tinggi kalori tinggi protein) dan asupan cairan
yang adekuat.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menetapkan program diet pemulihan bagi klien.
5. Berikan obat anti
emetik dan roborans sesuai program terapi.
|
1. mengetahui penyebab dapat menentukan tindakan
selanjutnya
2. makan yang sedikit tapi sering dapat meningkatkan
nutrisi pada klien
3. Asupan
nutrisi dan cairan yang adekuat diperlukan untuk mengimbangi status
hipermetabolik pada klien dengan keganasan.
4. Kebutuhan
nutrisi perlu diprogramkan secara individual dengan melibatkan klien dan tim
gizi bila diperlukan.
5. Anti
emetik diberikan bila klien mengalami mual dan roborans mungkin diperlukan
untuk meningkatkan napsu makan dan membantu proses
metabolisme.
|
3. Resiko
tinggi terhadap infeksi b/d jaringan trauma,
kulit rusak, prosedur invasif.
Tujuan :
Resiko
tinggi infeksi dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a.
Tidak di temukan tanda-tanda infeksi
b.
kadar Hb dalam batas normal (11-14 gr %)
c.
pasien tidak demam atau menggigil suhu dalam batas
normal 37o C
Intervensi dan Rasional
:
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
tanda-tanda infeksi
2. Berikan perawatan aseptik dan
antiseptik, lakukan cuci
tangan yang baik sebelum
melakukan tindakan keperawatan.
3. Kaji daerah
kulit yang mengalami kerusakan, daerah yang terpasang alat invasi, catat
karakteristik dari drainase dan adanya inflamasi.
4. Pantau suhu tubuh secara teratur,
catat adanya demam, menggigil, diaforesis dan perubahan fungsi mental
(penurunan kesadaran).
5. Anjurkan untuk melakukan napas dalam,
latihan pengeluaran sekret paru secara terus menerus. Observasi karakteristik
sputum.
6. Kolaborasi dengan
ahli medis dalam pemberian antibiotik sesuai dengan indikasi.
|
1. Mengetahui
tanda-tanda infeksi dapat menentukan tindakan selanjutnya
2. Agar tidak
terjadi penyebaran infeksi atau dapat menghindari
terjadinya infeksi nosokomial.
3. Deteksi dini perkembangan infeksi
memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan terhadap
komplikasi selanjutnya.
4. Dapat mengindikasikan perkembangan
sepsis yang selanjutnya memerlukan evaluasi atau tindakan dengan segera.
5. Peningkatan mobilisasi dan pembersihan
sekresi paru untuk menurunkan resiko terjadinya pneumonia, atelektasis.
6. analgentik
dapat mengurangi rasa nyeripada klien.
|
2.2.4
Implementasi
Pada
tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau kembali
dari apa yang telah direncanakana atau intervensi sebelumnya, dengan tujuan
utama pada pasien dapat mencakup
peredaan nyeri, kebutuhan
nutrisi tercukupi pengurangan kecemasan.
2.2.5 Evaluasi
Hasil yang di harapkan setelah mendapatkan intervensi
adalah sebagai berikut:
1.
Gangguan nyaman nyeri
b/d
aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, pergangan dari terminal syaraf
sekunder dari adanya batu pada ginjal, nyeri pasca bedah.
2.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat keganasan,
efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
3.
Resiko
tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker istilah
umum yang mencakup setiap pertumbuhan malignan dalam setiap bagian tubuh.
Pertumbuhan inJi
tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia
yang menjadi hospesnya.
Ureter merupakan
saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi,
reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat
sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap
ginjal.
3.2
Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan
mahasiswa mengetahui penyebab
dan pencegahannya agar dapat terhindar dari Ca ureter baik untuk dirinya
sendiri maupun keluarga .
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan
bagi masyarakat agar mampu
menjaga kesehatannya terutama jika ada
kelainan pada uterus maupun tubuh lainnya, segera konsultasikan ke
dokter.
3. Bagi Institusi
Diharapkan
agar makalah ini menjadi refrensi untuk mendapat pengetahuan tentang bahayanya penyakit Ca ureter yang dapat menyebabkan kematian.