Jumat, 30 November 2012

ASKEP TETANUS


BAB I
 PENDAHULUAN

A.    Definisi
Penyakit tetanus addalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh kuman Cloctradium tetani yang dimanifestasikan berupa kejang otot proksimal, diikuti oleh kekuatan otot seluruh tubuh.Kekuatan tonos otot ini selalu tampak pada otot maseter dan otot – otot rangka.

B.     Etiologo
Clastradium tetani adalah kuman berbentuk batang, rangping berukuran 2-5x0,4-0-0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk dalam golongan gram positif dan hidup anaerob. Spora dewasamempunyai bagian yang bergenderang ( drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neorotoksik. Toksik ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot daqn syaraf ferefer setempat. Toksin labil pada pemanasan pada suhu 65 derajat celcius akan hancur dalamwaktu5 menit. Disamping itu dikenal juga tetanolisin yang bersifat hemolisis yang perannya kurang berani dalam proses hemolisis.

C.    Epidemiologi
Di Amerika rata-rata usia pasien tetanus berkisar antara 50 s.d 57 tahun. Tetanus juga dapat menyerang semua golongan umur : bayi (tetanus neonatorum). Dewasa muda (biasanya pecandu narkotik) Kuman ini bisa tersebar luas diseluruh tanah terutama tanah garapan yang berasal dari kotoran hewan

D.    Patofisiologi
Luka yang terjadi karena tusukan paku , besi, kaleng/ bekas tusuk sate yang kotor cenderung tertutup dan menyebab keadaan kotoran anaerob didalam luka,merupakan media yang sangat baik bagi kuman clostridium tetani . Cara penyebaran toksin oleh kuman terjadi dalam  2 cara yaitu diabvsorbsi melalui ujung syaraf motorik dan malalui susunan limpatik dan ikut aliran darah arteri . Setelah terjadi toksik terjadi perubahan serangan akan timbul gelala-gejala kejang tetani yang khas.


E.     Gejala Klinis
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari.Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak yang didahului oleh ketegangan otot pada rahang dan leher.Timbul kesukaran membuka mulut, (trismus) karena spasmus otot masseter. Kejang ototini akan berlanjut kekuduk dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan toksik sedang sering tampak rimus sardonikus karena spasmus otot muka dengan gambaran alis tertarik keatasdan sudut mulut tertarik keluar dankebawah , bibir tertekan kuat pada gigi . Gambaran umum  yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus ,tungkaidalam keadaan ektensi, lengan kaku dan tangan mengapel, biasanya kesadaran tetap baik. Secara umumdalam kurun waktu kurang lebih 48 jam penyakit tetanus menjadi nyata
terlihat dengan gambaran klinis sebagai berikut :
a.       Tetanus : karena spasmus otot-otot matikatoris ( otot pengunyah).
b.      Kaku kuduk sampai epistotonus ( karena ketegangan otot-otot erector tungkai).
c.       Ketegangan otot dinding perut (perut kaku seperti papan).
d.      Kejang tonis teritama bila dirangsang karena toksin yang tendapat di komus  
anterior.
e.       Resus sardonikos karena spasme otot muka ( alis tertarik keatas,sudut muka
f.       tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi)
g.      Kerusakan menelan, gelisah ,mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota
Badan
h.      Spasme yang khas yaitu badan kaku dengan epitotonus, ektrimitas inferior dalam
keadaan ektensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat .
i.        Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring.
j.        Panas biasanya tidak terlalu tinggi.
k.      Biasanya terdapat leukositisis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan
cairan otak.
Menurut beratnya gejala dapat dibedakan dalam 3 stadium :
1. trismus ( 3cm) tampa kejang tonik umum meskipun dirangsang.
2. Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang tonik umum bila dirangsang.
3. Trismus ( 1 cm) dengan kejang tonik umum spontan
Penilaian tetanus berdasarkan Phillip skore :
Gardasi Penyakit :
1.      Masa inkubasi :
·  < 2 hari = nilai 5
·  2-5 hari = nilai 4
·  6-8 hari = nilai 3
·  11-14 hari = nilai 2
·  > 15 hari = nilai 1
2.      Tempat infeksi :
·      Umbilikus = nilai 5
·      Kepala/leher = nilai 4
·      Badan = nilai 3
·      Ektrimitas atas proksimal = nilai 3
·      Ektrimitas bawah proksimal = nilai 3
·      Ektrimitasd atas distal = nilai 2
·      Ektrimitas bawah distal = nilai 2
·      Tidak diketahui = nilai 1

3.      Imunisasi
o   Belum pernah = nilai 10
o   Mungkin pernah = nilai 8                         
o   Pernal > 10 th yang lalu = nilai 4             
o   Pernah < 10 th yang lalu = nilai 2
o   Imunisasi lengkap = nilai 0         

4.      Faktor penyerta
Trauma yg mengancam jiwa    =  Nilai  10
Trauma berat      =   Nilai8
Trauma sedang   = Nilai4
Trauma ringan   = Nilai 2
A.S.A derajat 1 = Nilai 1

Faktor-faktor yg mempengaruhi prognosa penyakit :
5.      Derajat spasme :
   - Epistotonus = nilai 5
   - Reflek spasme umum = nilai 4
   - Reflek terbatas = nilai 3
   - Spastisitas umum = nilai 2
   - Trismus = nilai 1
6.      Frekue3nsi spasme :
   - Spontan > 3 x / 15 menit = nilai 5
   - Spontan < 3 x / 15 menit = nilai 4
   - Kadsang-kadang spontan = nilai 3
   - < 6 x / 12 jam = nilai 1
7.      Suhu Badan :
   - > 38,9 derajat celcius = 10
   - 38,3 – 38,9 derajat celcius = nilai 8                   
   - 37,8 – 38,2 derajat celcius = nilai 4
   - 37,2 – 37, 7 derajat celcius = nilai 2                
   - 37,7 – 37,1  derajat celcius = nilai 0              
8.      Pernapasan :
   - Tracheostomy = nilai 10
   - Henti napas setiap konvulsi = nilai 8                  
   - Henti napas kadang setelah konvulsi = nilai 4    
   - Henti napas hanya selama konvulsi = nilai 2
   - Normal = nilai 0



F.     Pemeriksaan Laboratorium :
Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang didapat peningkatan tekanan cairan otak.


G.    Penatalaksanaan :
1. Umum :
a. Merawat dan membersihkan luka dgn sebaik-baiknya
b. Diet cukup ka;lori dan protein ( bentuk makanan tergantungpada kemampuan
membuka mulut dan menelan ).
    c. Isolasi klien untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tidakan  thd
klien lainnya
 d. Oksigen dan pernapasan buatan dan tracheotomy kalau perlu.
 e. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Obat-obatan :
    a. Anti toksin . Tetanus Imun Glubolin (TIG ) lebih dianjurkan pemakainnya di
bandingkan dengan anti tetanus serum (ATS) dari hewan. Disis initial TIG
adalah 5000 U IM ( disis harian 500 – 6000 U ). Kalau tidak adaTIG diberi ATS
dgn dosis 5000 U IM dan 5000 U IV.
    b. Anti kejang.
        Beberapa obat yg dapat diberikan :

               Obat                                  Dosis                                   Efek samping
        - Diasepam               0,5 – 10 mg/kg BB /24 jam IM       - Sopor, koma
        - Meprobamat           300 – 400 mg/4 jam IM                  - Tidak ada
        - Klorpromasin         25 – 75 mg /4 jam IM                      -  Hipotensi
        - Fenobarbital            50 – 100 mg / 4 jam IM                  -  Depresi nafas       

H.   Prognosis :
Dipengaruhi oleh berbagai faktor yg dapat memperburuk keadaan yaitu :
a.     Masa inkubasi yg pendek ( 7 hari ).
b.    Neonatus dan usia tua (lebih dari 55 th )
c.     Frekuensi kejang yg sering
d.    Kenaikan suhu badan yg tinggi
e.     Pengobatan yg terlambat
f.Periode trismus dan kejang yg semakin sering
g.    Adanya penyulit spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas

I.         Pencegahan :
  1. Mencegah luka
  2. Merawat luka secara adekuat
  3. Beri ATS setelah luka
  4. Diluar negeri dicegah dg pemberian TIG dan toksoid.



















BAB II
PEMBAHASAN


A.    KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas:
    Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan , dan alamat penting untuk
Mengetahui adanya faktor resiko thd timbulnya serangan tetanus.

b. Pengkajian Data Klien  yg berhubungan dengan :
1. Aktifitas dan istirahat :
    Gejala yg timbul biasanya : berupa keletihan, keterbatasan dalam beraktifitas
dan bekerja yg ditimbulkan oleh diri sendiri atau orang terdekat atau pemberi
asuhan keperawatan.
Tandanya : perubahan tonus dan kekuatan otot, gerakan involunter atau kontrasi
otot ataupun kelompok otot.
2. Sirkulasi :
Gejala : hipertensi, peningkatan nadi, sianosis atau bisa juga depresi dgn penurunan
    Nadi dan RR dan penurunan tanda vital
3. Integritas Ego :
Gejala : Sresor internal dan ekternal yg berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan , peka rangsangan, perasaan tidak ada harapan,atau tidak berdaya,
perubahan dalam berhubungan.
4  Eliminasi :
Gejala : inkontinensia episodic.
Tanda : Penignkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter dan otot relaksasi
yg menyebabkan inkontinensia.
5. Makanan dan Cairan
Gejala : Sensitif thd makanan , mual, muntah, yg berhubungandengan aktifitas
kejang . Terjadi hiperplasia dinggival ( efek samping pemakaian dilantin
    Jangka panjang )
6. Neoru sensori :
Gejala : aktifitas berulang, pingsan,pusing, infeksi serebri.
Tanda : karakteristik kejang : prodromal, kejang umum, kejang parsial
( komplek), kejang  parsial sederhana.
7. Nyeri dan kenyamanan :
Nyeri otot punggung ssakit kepala.
8. Pernafasan :
Gejala :, gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat, peningkatan
sekresi mukus sampai apnea.
9. Keamanan : adanya riwayat terjatuh atau trauma akibat kejang.
10. Interaksi social : masalah dalam hubungan interpersonal, social, penghidaran thd
rangsangan  (isolasi ).
11. Penyuluhan atau pembelajaran berhubungan dengan faktore resiko timbulnya
kejang yg berulang, penanganan dan hal yg harus dilaporkan.

c. Pemerikasaan Diagnostik :
1. Elektrolit ( tidak seimbang sebagai pencetus kejang ).
2. Glukosa ( hipoglikemi sebagaipencetus kejang )
3. Ureum/ kreatinin ( peningkatannya dapat meningkatkan resiko kejang)
4. Sel darah merah
5. Kadar obat dalam racun.

d. Prioritas Keperawatan :
1. Mencegah atau mengendaklikan aktifitas kejang
2. Melindungi klien dfari cedera atau akibat kejang
3. Mempertahankan fungsi nafas yg efektif
4. Meningkatkan pengetahuan klien


2. Diagnosa Keperawatan:
Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan                : Pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan penyakitnya dapat meningkat.
Kriteria Hasil     :
1.Klien dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan penanganannya
2.klien dapat diajak kerja sama dalam program terapi
3.klien dan keluarga dapat menyatakan melaksanakan penejlasan dna pendidikan kesehatan yang diberikan.

3. Intervensi
INTERVENSI
RASIONAL
1. Identifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga
2. Hindari proteksi yang berlebihan terhadap klien , biarkan klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
3. ajarkan pada klein dan keluarga tentang peraawatan yang harus dilakukan sema kejang
4. jelaskan pentingnya mempertahankan status kesehatan yang optimal dengan diit, istirahat, dan aktivitas yang dapat menimbulkan kelelahan.
5. jelasakan tentang efek samping obat (gangguan penglihatan, nausea, vomiting, kemerahan pada kulit, synkope dan konvusion)
6. jaga kebersihan mulut dan gigi secara teratur
1. Tingkat pengetahuan penting untuk modifikasi proses pembelajaran orang dewasa.
2. tidak memanipulasi klien sehingga ada proses kemandirian yang terbatas.

3. kerja sama yang baik akanmembantu dalam proses penyembuhannnya

4. status kesehatan yang baik membawa damapak pertahanan tubuh baik sehingga tidak timbul penyakit penyerta/penyulit.

5. efek samping yang ditemukan secara dini lebih aman dalam penaganannya.

6. Kebersihan mulut dan gigi yang baik merupakan dasar salah satu pencegahan terjadinya infeksi berulang.


4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )


5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
















BAB III
PENUTUP



Kesimpulan
Penyakit tetanus addalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh kuman Cloctradium tetani yang dimanifestasikan berupa kejang otot proksimal, diikuti oleh kekuatan otot seluruh tubuh.Kekuatan tonos otot ini selalu tampak pada otot maseter dan otot – otot rangka.





















DAFTAR PUSTAKA


Soeparman; 1990; Ilmu Penyakit Dalam; Universitas Indonesia Press; Jakarta
Deanna etc.: 1991; Infectious Diseases; St. Louis Mosby Year Book.
Theodore R.; 1993; Ilmu Bedah; EGC; Jakarta
Marlyn Doengoes; 1993; Nursing Care Plan; Edisi III, Philadelpia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar